akuu

akuu
mayaaa.

Minggu, 27 Februari 2011

KEWIRAUSAHAAN

KEWIRAUSAHAAN
Pengertian Kewirausahaan

Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para ahli/sumber acuan dengan titik berat perhatian atau penekanan yang berbeda-beda, diantaranya adalah penciptaan organisasi baru (Gartner, 1988), menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru (Schumpeter, 1934), ekplorasi berbagai peluang (Kirzner, 1973), menghadapi ketidakpastian (Knight, 1921), dan mendapatkan secara bersama faktor-faktor produksi (Say, 1803). Beberapa definisi tentang kewirausahaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Wirausaha (Entrepreneur) Wira Usaha Mandiri
Wirausaha dalam bahasa sansekerta terdiri dari kata wira dan usaha, wira artinya manusia unggul, teladan, bebudi luhur, berjiwa besar, berani, pahlawan/pendekar kemajuan, dan memiliki keagungan watak sedangkan usaha adalah melakukan kegiatan usaha. Wirausaha memiliki berbagai karakter positif yang tidak dimilki oleh para pengusaha biasa. Mereka adalah orang orang yang kreatif dan inovatif dalam mengembangkan peluang-peluang usaha menjadi kesempatan usaha yang menguntungkan dirinya dan masyarakat konsumennya. Mereka bukan sekedar orang yang memiliki keterampilan berbisnis, namun juga memiliki kepemimpinan pribadi yang tinggi, baik tercermin dari daya juang yang tinggi, kesabaran dalam menghadapi berbagai tantangan, dan toleransi terhadap ketidakmenentuan.
Definisi wirausaha yang asal katanya adalah terjemahan dari entrepreneur, yang terjemahan bahasa inggeris dengan arti between taker atau go-between. Berikut ini digambarkan perkembangan teori dan definisi wirausaha (entrepreneur) adalah sebagai berikut. Hisrich-Peter (2005:6)
1. Asal kata entrepreneur dari bahasa perancis berarti between taker atau go-between.
2. Abad pertengahan: wirausaha (entrepreneur) berarti aktor atau orang yang bertanggung jawab dalam proyek produksi berskala besar.
3. Abad 17 wirausaha (entrepreneur) diartikan sebagai orang yang menanggung risiko untung rugi dalam mengadakan kontrak pekerjaan dengan pemerintah menggunakan fixed price.
4. Tahun 1725, Richard Cantillon menyatakan wirausaha (entrepreneur) sebagai orang yang menanggung risiko yang berbeda dengan orang memberi modal.
5. Tahun 1797, Bedau menyatakan wirausaha (entrepreneur) sebagai orang yang menanggung risiko, yang merencanakan , supervisi, mengorganisasi dan memiliki.
6. Tahun 1803, Jean Baptist Say menyatakan adanya pemisahan antara keuntungan untuk entrepreneur dan keuntungan untuk pemilik modal.
7. Tahun 1876, Francis Walker, membedakan antara orang menyediakan modal dan menerima bunga, dengan orang yang menerima keuntungan karena keberhasilannya memimpin usaha.
8. Tahun 1934, Joseph Schumpeter, seorang wirausaha (entrepreneur) adalah seorang inovator dan mengembangkan teknologi.
9. Tahun 1961, David Mc Lelland, wirausaha (entrepreneur) adalah seoarang yang energik dan membatasi risiko.
10. Tahun 1964, Peter Drucker, seorang wirausaha (entrepreneur) adalah seseorang yang mampu memanfaatkan peluang.
11. Tahun 1975, Albert Shapero, wirausaha (entrepreneur) adalah seorang yang memilki inisiatif, mengorganisir, mekanis sosial dan ekonomi, dan menerima risiko kegagalan.
12. Tahun 1980, Karl Vesper, seorang wirausaha (entrepreneur) berbeda dengan seorang ahli ekonomi, psychologist, business persons, dan politicians.
13. Tahun 1983, Gifford Pinchot, intrapreneur adalah seorang entrepreneur dari dalam organisasi yang sudah ada atau organisasi yang sedang berjalan.
14. Tahun 1985, Robert Hisrich, wirausaha (entrepreneur) adalah the process of creating something different with value by devoting the necessary time and effort,assuming the accompanying financial, psychological, and social risks and receiving the resulting rewards of monetary and personal satisfaction (entrepreneur adalah merupakan proses menciptakan sesuatu yang berbeda dengan mengabdikan seluruh waktu dan tenaganya disertai dengan menanggung risiko keuangan, kejiwaan, sosial, dan menerima balas jasa dalam bentuk uang dan kepuasan pribadinya.
Pengertian wirausaha lebih lengkap dinyatakan oleh Schumpeter adalah entrepreneur as the person who destroys the existing economic order by introducing new products and services, by creating new forms of organization, or by exploiting new raw materials. ( Buchari Alma, 2004:21). Jadi menurut Schumpeter wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru ataupun bisa pula dilakukandalam organisasi bisnis yang sudah ada.
Para ekonom klasik, termasuk Karl Marx, mengidentifikasikan wirausaha sebagai kapitalis (wirausaha-kapitalis). Sedangkan para ekonom lainnya, mengidentifikasi wirausaha sebagai seorang pekerja khusus pengelola perusahaan (wirausaha manajer/pekerja).
definisi usaha mandiri, pengertian wirausaha konveksi, mengenal usaha mandiri, pengertian wirausaha dan kewirausahaan, Pengertian usaha hidup mandiri, asal kata entrepreneur, arti entrepreneur, Albert Shapero, 1975, asal usul kata entrepreneurship, jenis-jenis wirausaha mandiri, kewirausahaan menurut Karl Marx, pengertian interprener, sejarah kata kewirausahaan, penjelasan tentang entrepreneur , sejarah kata kewirausahaan, arti wirausaha, pengertian usaha mandiri, kumpulan berita usaha mandiri, macam-macam usaha mandiri, apa terjemahan entrepreneur, asal usul kata entrepreneur, istilah wira usaha, art wirausaha, asal usul kata enterpreneur, PENGERTIAN KEWIRA USAHAAN, Pengertian interpreneur, pengertian berwirausaha, asal usul kata kewirausahaan, asal usul entrepreneur & wirausaha mandiri.

2. Richard Cantillon (1973)
Kewirausahaan didefinisikan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan mebeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian.

3. Jean Baptista Say (1816)
Seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi dan menemukan nilai dari produksinya.

4. Frank Knight (1921)
Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang worausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan pengawasan.

5. Joseph Schumpeter (1934)
Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk (1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru, (2) memperkenalkan metoda produksi baru, (3) membuka pasar yang baru (new market), (4) Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau (5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Schumpeter mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya.

6. Penrose (1963)
Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.

7. Harvey Leibenstein (1968, 1979)
Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.

8. Israel Kirzner (1979)
Wirausahawan mengenali dan bertindak terhadap peluang pasar. Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio: Kewirausahaan sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasila akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian. Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai pengertian tersebut adalah bahwa kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi peluang-peluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif. Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan innovatif. Selain itu, seorang wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalam kegiatannya, tetapi manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan tidak digolongkan sebagai kewirausahaan. Seorang individu mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan ketika membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bisa bersifat sementara atau kondisional.

9. Peter F Drucker
Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) .
10. Thomas W Zimmerer
Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari.

11. Andrew J Dubrin
Seseorang yang mendirikan dan menjalankan sebuah usaha yang inovatif (Entrepreneurship is a person who founds and operates an innovative business).

12. Robbin & Coulter
Entrepreneurship is the process whereby an individual or a group of individuals uses organized efforts and means to pursue opportunities to create value and grow by fulfilling wants and need through innovation and uniqueness, no matter what resources are currently controlled.

13. David E. Rye (1996: 6)
suatu pengetahuan terapan dari konsep dan teknik manajemen yang disertai risiko dalam merubah atau memproses sumberdaya menjadi output yang bernilai tambah tinggi (value edded). Perubahan ini dilakukan melalui menciptaan diferensiasi, standarisasi, proses dan alat desain dalam menciptakan pasar dan pelanggan baru.
Selain itu, definisi Kewirausahaan menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia (INPRES) No. 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Me-masyarakat-kan dan Mem-budaya-kan Kewirausahaan adalah semangat, sikap, prilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan/atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efesiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan/atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Dengan demikian, tentunya kita mengharapkan motivasi kewirausahaan dapat membudaya dan menjadi salah satu konsep perekonomian nasional. Sesungguhnya, kewirausahaan memiliki potensi untuk itu. Potensi tersebut ditandai oleh beberapa keunggulan komparatif (comparative advantages) dibandingkan dengan konglomerasi. Di masa mendatang, para wirausahawan dituntut untuk mampu mentransformasikan keunggulan kompetitif nasional. Adapun keunggulan komparatif tersebut adalah:
1. Entrepreneur memiliki legitimasi moral yang kuat untuk mewujudkan kesejahteraan dan menciptakan kesempatan kerja. Karena target entrepreneur adalah masyarakat kelas menengah dan bawah, maka entrepreneur memiliki peran penting dalam proses trickling down effect.
2. Seorang entrepreneur memiliki visi bisnis, intuisi pengelolaan sumber daya, adaptable terhadap perubahan lingkungan dan kemampuan untuk berkerja sama secara integral.
3. Pengembangan kewirausahaan mendapat dukungan penuh dari banyak pihak, termasuk cendikiawan dan decision maker dalam pembangunan. Keberadaan Inpres No. 4. Tahun 1995 tentang gerakan nasional memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan, mencerminkan perhatian yang besar terhadap pengembangan kewirausahaan.
Sangat mendesak untuk mengoptimalkan keunggulan komparatif tersebut sehingga menjadi “senjata” untuk meraih keunggulan kompetitif. Jangan sampai keunggulan komparatif tersebut justru menjadi bumerang.

Kewirausahaan memiliki proses yang saling terintegrasi satu dengan lainnya, meliputi seluruh fungsi, aktivitas, dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptakan organisasi untuk merealisasikannya. Proses membentuk faktor-faktor tak-samaan yang saling terkait yang membentuk domain wirausahawan.





KEWIRAUSAHAAN
Teori Kewirausahaan

Sebelum memaparkan teori kewirausahaan, terlebih dahulu saya mengulas pengertian “teori”. Maksudnya sekalian menyegarkan ingatan saya sendiri sih, kan semester ini mengajar metodologi penelitian juga hehehe. Kita biasanya menggunakan teori untuk menjelaskan sebuah fenomena. Fenomena yang akan dijelaskan disini adalah kehadiran entrepreneurship yang mempunyai kontribusi besar dalam pengembangan ekonomi. Teori tersebut terdiri dari konsep dan konstruk, nah lho apa ya beda kedua istilah tersebut? :). Teori adalah “sekumpulan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang saling berhubungan” yang menunjukkan pandangan sistematis terhadap sebuah fenomena dengan merinci hubungan antar variabel, dengan tujuan untuk menerangkan dan memprediksi fenomena. Mari kita lihat beberapa teori yang menjelaskan dan memprediksi fenomena mengenai kewirausahaan.
Neo Klasik, teori ini memandang perusahaan sebagai sebuah istilag teknologis, dimana manajemen (individu-individu) hanya mengetahui biaya dan penerimaan perusahaan dan sekedar melakukan kalkulasi matematis untuk menentukan nilai optimal dari variabel keputusan. Hmmm, jadi individu hanya bertindak sebagai “kalkulator pasif” yang kontribusinya relatif kecil terhadap perusahaan. Kasihan bener ya tapi Masa sih? …… Jadi pendekatan neoklasik tidak cukup mampu untuk menjelaskan isu mengenai kewirausahaan. Kata Grebel dkk, “There is no space for an entrepreneur in neoclassical theory”. Nah loh, jadi dimana letak teori kewirausahaannya dong? Tapi sebagai titik awal masih bermanfaat juga kok. Kan konsep perusahaan (the firm) yang dijelaskan dalam Neo Klasik masih mengakui juga keberadaan pihak manajemen atau individu-individu. Dan individu inilah yang nantinya berperan sebagai entrepreneur atau intrapreneur, yang akan dijelaskan pada teori-teori selanjutnya.
Schumpeter’s entrepreneur, kajian schumpeter lebih banyak dipengaruhi oleh kajian kritisnya terhadap teori keseimbangan (equilibrium theory)-nya Walras. Waduh…. harus mengulang kembali berbagai teori-teori ekonomi nih hehehe. Menurut beliau, untuk mencapai keseimbangan diperlukan tindakan dan keputusan aktor (pelaku) ekonomi yang harus berulang-ulang dengan “cara yang sama” sampai mencapai keseimbangan. Jadi kata kuncinya “berulang dengan cara yang sama”, yang menurut Schumpeter disebut “situasi statis”, dan situasi tersebut tidak akan membawa perubahan. Hmmm agak jelimet juga nih. Saya mencoba membuat interpretasi lain terhadap pernyataan teoritis tersebut, “Orang-orang yang statis atau bertindak seperti kebanyakan orang tidak akan membawa perubahan“. Schumpeter berupaya melakukan investigasi terhadap dinamika di balik perubahan ekonomi yang diamatinya secara empiris. Singkat cerita, akhirnya beliau menemukan unsur eksplanatory-nya yang disebut “inovasi“. Dan aktor ekonomi yang membawa inovasi tersebut disebut entrepeneur. Jadi entrepreneur adalah pelaku ekonomi yang inovatif yang akan membuat perubahan. Hmmmm, begitulah “warisan” dari Om Schumpeter hehehe.
Austrian School, Mengutip Adaman dan Devine (2000), masalah ekonomi mencakup mobilisasi sosial dari pengetahuan yang tersembunyi (belum diketahui umum) yang terfragmentasi dan tersebar melalui interaksi dari kegiatan para entrepreneur yang bersiang. Hmmmmmm…… tambah bingung nih. Ada dua konsep utama disini yaitu pengetahuan tersembunyi (orang lain belum tahu) yang dikaji oleh Hayek dan kewirausahaan oleh Mises. Intinya mobilisasi sosial dari pengetahuan tersebut terjadi melalui tindakan entrepreneural. Dan seorang entrepreneur akan mengarahkan usahanya untuk mencapai potensi keuntungan dan dengan demikian mereka mengetahui apa yang mungkin atau tidak mungkin mereka lakukan. Oooohhh begitu toh, jadi artinya seorang entrepreneur itu harus selalu mengetahui pengetahuan (atau informasi) baru (dimana orang banyak belum mengetahuinya). Dan pengetahuan atau informasi baru tersebut dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan. Wah beda-beda tipis ya dengan schumpeter dengan konsep inovasinya. Kan dengan inovasi juga kita bisa mendapatkan pengetahuan, informasi, bahkan teknologi baru.

Kirzerian Entrepreneur, Kirzer memakai pandangannya Misesian tentang “human action” dalam menganalisis peranan entrepreneural. Singkat kata, unsur entrepreneur dalam pengambilan keputusan manusia dikemukan oleh Om Kirzer ini lho. Wah beliau ini pasti setuju deh dengan jargon “the man behind the gun” ya hehehe. Menurut beliau, “knowing where to look knowledge”. Dan dengan memanfaatkan pengetahuan yang superior inilah seorang entrepreneur bisa menghasilkan keuntungan. Petuah lain dari beliau adalah “This insight is simply that for any entrepreneurial discovery creativity is never enough: it is necessary to recognize one’s own creativity“.Sebenarnya masih banyak sih “petuah-petuah” beliau ini, terutama dikaitkan dengan teori-teori ekonomi sebelumnya, termasuk tanggapannya terhadap teori keseimbangan dari neo klasik. Tapi cukup sudahlah, toh mata kuliah entrepreneurship tidak akan terlalu berat di teori kok. Nanti mahasiswa pada protes lagi, “Pak kok belajar teori mulu nih, kapan kita bisa berlatih menjadi seorang entrepreneur nih!!”. Makanya di kelas kita lebih banyak berlatih bagaimana membuat proposal bisnis serta berlatih kreaivitas dan inovasi melalui penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (disain brosur, e-marketing, teknik presentasi, dll). Lagian, teori-teori di atas lebih banyak dikaitkan dengan teori ekonomi.


KEWIRAUSAHAAN
Definisi Kewirausahaan

Definisi Kewiraushaan :
1. the pursue of opportunities
entrepreneurship adalah berkenaan dengan mengejar kecenderungan dan perubahan-perubahan lingkungan yang orang lain tidak melihat dan memperhatikannya.
2. Innovation
entrepreneurship mencakup perubahan perombakan, pergantian bentuk, dan memperkenalkan pendekatan-pendekatan baru…. Yaitu produk baru atau cara baru dalam melakukan bisnis.
3. Growth
Pasca entrepreneur mengejar pertumbuhan, mereka tidak puas dengan tetap kecil atau tetap dengan ukuran yang sama. Entrepreneur menginginkan bisnisnya tumbuh dan bekerja keras untuk meraih pertumbuhan sambil secara berkelanjutan mencari kecenderungan dan terus melakukan innovasi produk dan pendekatan baru .

Sebenarnya definisi kewirausahaan itu cukup bervariasi, tapi di sini kita coba buat definisi kewirausahaan ini secara umum dan bahasa sehari-hari.
Seperti kita tahu kewirausahaan berasal dari kata dasar wirausaha dan wirausaha terdiri dari 2 kata yaitu, wira yang berarti kesatria, pahlawan, pejuang, unggul, gagah berani, sedangkan satu lagi adalah kata usaha yang berarti bekerja, melakukan sesuatu.
Dengan demikian pengertian dari wirausaha ditinjau dari segi arti kata adalah orang tangguh yang melakukan sesuatu. Tetapi kalau definisi kewirausahaan yang lebih detail disini akan kita ambil dari beberapa sumber.
Mengacu dari Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahan Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, disebutkan bahwa:
1. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan.
2. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Kewirausahaan atau dalam bahasa perancis disebut entrepreneurship dan kalau diterjemahkan secara harfiah punya pengertian sebagai perantara, diartikan sebagai sikap dan perilaku mandiri yang mampu memadukan unsur cipta, rasa dan karya atau mampu menggabungkan unsur kreativitas, tantangan, kerja keras dan kepuasan untuk mencapai prestasi maksimal .
Stoner, James: kewirausahaan adalah kemampuan mengambil faktor-faktor produksi-lahan kerja, tenaga kerja dan modal-menggunakannya untuk memproduksi barang atau jasa baru. Wirausahawan menyadari peluang yang tidak dilihat atau tidak dipedulikan oleh eksekutif bisnis lain.
Jika kamu mencari definisi kewirausahaan, maka yang muncul banyak versi. Tetapi, sebenarnya semua versi merujuk ke arah yang sama. Dibawah ini adalah beberapa definisi kewirausahaan menurut akademisi:
“Entrepreneurship is the process of creating something new with value by devoting the necessary time and effort, assuming the accompanying financial, psyshic, and social risk, and receiving the resulting rewards of monetary and personal satisfaction and independence.”
Hisrich, Peters, Shepperd, 2005; 8
Sementara itu, Prof. Yuyun Wirasasmita mendefinisikan Kewirausahaan sebagai:
“Proses kemanusiaan yang berkaitan dengan kreatifitas dan inovasi dalam memahami peluang, mengorganisasi sumber-sumber, mengelola sehingga peluang itu terwujud menjadi suatu usaha yang mampu menghasilkan laba atau nilai dalam jangka waktu yang lama”
Dari dua definisi di atas, kata kunci dari pengertian kewirausahaan adalah:
1. Proses Penciptaan nilai.
2. Kreatifitas & Inovasi.
3. Pengelolaan, Kepuasan dan Laba.
Kesimpulannya, Kewirausahaan adalah sebuah proses kemanusiaan yang menghasilkan kepuasan dan laba jangka panjang dengan cara mengelola dan menciptakan nilai. Jadi, sebuah proses kewirausahaan dapat dikenali dari elemen-elemen diatas.
Sementara itu, pelaku kewirausahaan (entrepreneurship) adalah wirausaha (Entrepreneur) atau wiraswasta:
“An entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and assembling the necessary resources to capitalize on them.”
(Zimmerrer, Scarborough, 2002; 4)
“Entrepreneur berarti orang yang memulai (The Originator) sesuatu usaha bisnis baru. Atau seorang manajer yang berusaha memperbaiki sebuah unit keorganisasian melalui serangkaian perubahan-perubahan produktif”.
(Winardi, 2003:71)
Secara praktis, Sir Richard Branson mendefinisikan wirausaha sebagai:
“An entrepreneur is somebody who is willing to go where others will not…”
Jaman dulu, sebelum ada pendidikan kewirausahaan, ada pendapat bahwa kewirausahaan dan wirausaha disebabkan semata-mata oleh bakat. Tidak sepenuhnya benar, karena ternyata, menjalankan proses kewirausahaan dan menjadi wirausaha itu bisa diajarkan. Tentunya akan menjadi kelebihan tersendiri jika seseorang memiliki bakat yang biasa kita sebut ‘bakat dagang’ dan sejenisnya. Tetapi dalam prakteknya, menjalankan proses kewirausahaan berarti bekerja. Bukan hanya masalah bakat apalagi keberuntungan.
Proses terjadinya kewirausahaan bisa diringkas menjadi beberapa langkah berikut:
BAKAT & MENTAL + KETERAMPILAN + LINGKUNGAN + TRIGGERING EVENT
Jadi, bakat memang perlu. Tapi bakat saja tidak cukup jika tidak memiliki mental yang kuat, keterampilan, dukungan lingkungan dan apa yang disebut sebagai triggering event. Jadi, secara ideal, proses terjadinya kewirausahaan adalah adanya suatu bakat terpendam dalam diri seseorang yang mempunyai mental kuat, yang kemudian belajar secara terus menerus sehingga memiliki keterampilan, memiliki lingkungan yang mendukung kegiatan dan mendapatkan momen pemicu yang menyebabkan seseorang memutuskan untuk berwirausaha.
Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio
Kewirausahaan sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasila akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian.
Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai pengertian tersebut adalah bahwa kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi peluang-peluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif. Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan innovatif. Selain itu, seorang wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalam kegiatannya, tetapi manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan tidak digolongkan sebagai kewirausahaan. Seorang individu mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan ketika membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bisa bersifat sementara atau kondisional.

Manfaat mempelajari Kewirausahaan

Mempelajari pengetahuan dan praktek kewirausahaan mempunyai beberapa manfaat. Manfaat tersebut akan memberikan kita pilihan karir untuk berperan menjadi:

1. Wirausahawan (entrepreneurs)

2. Wiramanajer (intrapreneurs)

3. Wirakaryawan (innopreneurs)

4. Ultramanajer (ultrapreneur)

5. Pendidik/ Pemiki

Kata kunci dari kewirausahaan adalah sebagai berikut ;

1. Pengambilan resiko

2. Menjalankan usaha sendiri

3. Memanfaatkan peluang-peluang

4. Menciptakan usaha baru

5. Pendekatan yang inovatif

6. Mandiri (misalkan : tidak bergantung pada bantuan pemerintah)

KEWIRAUSAHAAN
Contoh Kewirausahaan

1. http://female.store.co.id/contoh_kewirausahaan_yang_unik_dan_sederhana_map.html



KEWIRAUSAHAAN
Tips Berwirausaha Mandiri

Tidak semua orang dapat berwirausaha dengan berhasil. Beberapa orang menyebutkan bahwa wirausaha adalah sebuah bakat (gift). Namun pada dasarnya wirausaha dapat dipelajari oleh semua orang yang betul-betul berhasrat untuk mandiri. Berikut ini adalah Tips bagaimana berwirausaha secara mandiri:

1. Visi. Memiliki visi yang jelas terhadap usaha yang ditekuni dan akan selalu berusaha mengembangkan usaha tersebut. Contoh : Senang atau tidak senang, Dhani Ahmad dapat dijadikan contoh sederhana disini. Setelah berhasil dengan grup Dewa-nya, dengan segala up and down-nya, Dhani terus kemampuan menciptakan lagu untuk penyanyi lain guna memperoleh royalti serta melebarkan usahanya di bidang Management Artis-nya.

2. Kreatif dan Inovatif. Kreatif dan Inovatif akan mengarahkan produk usaha anda berbeda daripada yang lain (khas/unique). Dengan ke-khas-an tersebut, produk anda akan selalu dicari orang, karena sifatnya yang tidak ‘pasaran’. Contoh : Produk kaos humor Dagadu dan Joger. Produk-produk tersebut sangat khas dan semakin mengkhususkan diri dijual di kota tertentu, yakni Jogja dan Bali. Sehingga orang akan berpikir kalau ke Jogja atau Bali, dapat membeli kaos Dagadu atau Joger sebagai souvenir khas Jogja atau Bali. “Kembangkanlah produk yang belum ada pangsa pasarnya, kemudian ciptakan pasar tersebut“ Akio Morita, salah seorang pendiri Sony

3. Rajin Bekerja. Merupakan hal yang wajib dimiliki oleh setiap orang dalam segala hal. Apapun bentuk usahanya, akan selalu dimulai dari nol, kerja keras, baru kemudian menghasilkan. Segala hal selalu butuh proses, dan proses akan selalu membutuhkan waktu. “Di dunia ini, tidak ada yang dapat menggantikan kegigihan…“ Ray Kroc, pendiri McDonald’s

4. Disiplin. Disiplin dalam segala hal, baik memilah antara kepentingan pribadi - perusahaan, keuangan pribadi - perusahaan, disiplin waktu, maupun disiplin dalam berkomitmen terhadap rekanan/partner. “Given the same facilities, what makes the difference between one people to another is discipline”. (Apabila dua orang diberikan fasilitas yang sama, maka yang akan membedakan satu dengan yang lain adalah kedisiplinannya. Yang satu secara disiplin berusaha mengembangkan dirinya hari demi hari, menggunakan fasilitas yang tersedia sementara yang lainnya tidak)

5. Jujur. Karena salah satu kunci dari berhasilnya sebuah usaha adalah kepercayaan. Kepercayaan muncul karena kejujuran. Contoh: Rasulullah yang dipercaya Siti Khatidjah untuk memegang dan membesarkan usahanya, dikarenakan sifat jujur rasulullah (Al Amin).

6. Realistis. Seseorang dikatakan realistis apabila mampu menyeimbangkan antara keinginan dan realita di lapangan. Sehingga segalanya dapat terkontrol dengan baik. Contoh : Purdi E. Chandra, pendiri Primagama, pertama kali memulai usahanya dari nol besar, dengan menyewa tempat untuk digunakan sebagai tempat bimbingan yang dibayar secara cicilan. Uniknya lagi pembayaran cicilan tersebut mulai akan dilaksakan setelah anak didiknya membayar biaya pelatihan/kursus

7. Mandiri. Mental mandiri sebaiknya mulai dipupuk sejak dari awal. Mental mandiri yang tidak dibiasakan sedari awal akan berubah menjadi mental manja, dengan tanda-tandanya : senang diberi kemudahan dan fasilitas atau bangga mendapat sesuatu secara gratis

8. Tidak Cepat Puas. Cepat puas akan membuat Anda terhenti dalam bereksplorasi dan mengembangkan usaha anda. Dalam jangka waktu panjang, usaha anda menjadi out-off-date untuk kemudian kalah bersaing dan mati. Contoh: Walaupun perusahaannya sudah menggurita, Bill Gates akan terus mengembangkan Microsoft-nya guna terus bersaing dengan linux maupun Apple. Kerajaan Microsoft akan hancur, apabila bill gates cepat puas dengan keberhasilan penetrasinya di Asia saja, di akan terus berupaya menguasai Eropa, pangsa pasar Apple.

9. Tidak Takut Gagal. Tidak takut gagal memang identik dengan berani mengambil resiko namun disertai perhitungan penuh. Terkadang kreatifitas tanpa risiko tidak akan menghasikan terobosan berarti. Contoh : Perusahaan Motor Honda yang sudah memiliki tradisi berhasil dalam mendominasi pangsa pasar motor di Indonesia, terlalu banyak perhitungan risiko dalam memasarkan motor jenis skutik. Peluang tersebut akhirnya diambil Perusahaan Motor Yamaha, dengan segala risikonya, berhasil atau gagal total. Namun seperti Anda kehui Yamaha akhirnya berhasil dengan sukses memasarkan motor mio di indonesia. Hal ini harus dibayar mahal oleh Honda dengan kegagalan honda dalam mengambil momentum dan memasarkan produk Vario-nya.

10. Gemar Membaca. Membaca merupakan jendela dunia. Dengan membaca anda bisa memprediksi tren pasar beberapa tahun ke depan untuk kemudian menerapkan strategi bisnis anda. Membaca bisa kapan saja, dimana saja dan apapun. Bisa buku ataupun sekedar meluangkan waktu untuk browsing di dunia maya. Setidaknya bacalah bigrafi orang-orang sukse untuk terus memotivasi Anda. Soichiro Honda, Pendiri Perusahaan Honda, mulai mengenal seluk beluk mesin dengan membaca buku “Sistem Pembakaran Dalam” ketika sedang mengasuh bayi anak majikannya, Kashiwabara, yang pemilik bengkel Art di Tokyo.

Potensi Seorang Wirausaha
• Disiplin
Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki kedisiplinan yang tinggi. Arti dari kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan komitmen wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya. Ketepatan terhadap waktu, dapat dibina dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai macam alasan, adalah kendala yang dapat menghambat seorang wirausahawan meraih keberhasilan. Kedisiplinan terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan wirausahawan akan komitmen tersebut. Wirausahawan harus taat azas. Hal tersebut akan dapat tercapai jika wirausahawan memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan. Ketaatan wirausahawan akan kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan sistem kerja.
• Komitmen Tinggi
Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan). Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan identifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya. Sedangkan contoh komitmen wirausahawan terhadap orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan sebagainya.Seorang wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya terhadapkonsumen, akan memiliki nama baik di mata konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen, dengan dampak pembelian terus meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target perusahaan yaitu memperoleh laba yang diharapkan.
• Jujur
Kejujuran merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh seorang wirausahawan. Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks. Kejujuran mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang dijanjikan dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk yang dilakukan olehwirausahawan.
• Kreatif dan Inovatif
Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yangmemberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.
• Mandiri
Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalammengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan dengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan. Pada prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya.
• Realistis
Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan/ perbuatannya Banyak seorang calon wirausahawan yang berpotensi tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena wirausahawan tersebut tidak realistis, obyektif dan rasional dalam pengambilan keputusan bisnisnya. Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap masukan-masukan/ sumbang saran yang ada keterkaitan erat dengan tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis
• Kreatif dan Inovatif
Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yangmemberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.
• Mandiri
Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalammengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan dengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan. Pada prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya.
• Realistis
Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan/ perbuatannya Banyak seorang calon wirausahawan yang berpotensi tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena wirausahawan tersebut tidak realistis, obyektif dan rasional dalam pengambilan keputusan bisnisnya. Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap masukan-masukan/ sumbang saran yang ada keterkaitan erat dengan tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis.

Berdasarkan analisis pustaka terkait kewirausahaan, diketahui bahwa aspek-aspek yang

perlu diperhatikan dalam melakukan wirausaha adalah :

a. mencari peluang usaha baru : lama usaha dilakukan, dan jenis usaha yang pernah dilakukan

b. pembiayaan : pendanaan – jumlah dan sumber-sumber dana

c. SDM : tenaga kerja yang dipergunakan

d. kepemilikan : peran-peran dalam pelaksanaan usaha

e. organisasi : pembagian kerja diantara tenaga kerja yang dimiliki

f. kepemimpinan : kejujuran, agama, tujuan jangka panjang, proses manajerial (POAC)

g. Pemasaran : lokasi dan tempat usaha

Peluncuran usaha baru

Yang harus dilakukan oleh wirausahawan adalah :

* Mempertahankan sikap obyektivitas dan selalu mencari gagasan bagi produk atau jasa
* Dekat dengan segmen pasar yang ingin dimasuki
* Memahami persyaratan teknis dari produk atau proses
* Menelusuri secara mendetail kebutuhan finansial bagi pengembangan dan produksi
* Mengetahui kendala hukum yang diterapkan pada produk atau jasa
* Menjamin bahwa produk atau jasa menawarkan keuntungan tertentu yang membedakannya dari pesaing
* Melindungi gagasan kreatif melalui hak paten, hak cipta, merek dagang dan merek jasa

Untuk menentukan jenis usaha apa yang cocok untuk Anda, mulai dengan apa yang Anda ketahui. Jika Anda menghabiskan 20 tahun bekerja sebagai akuntan atau Anda hobi membuat mainan kayu, pertimbangkan pengalaman tersebut menjadi usaha yang menjanjikan. Tidak menutup kemungkinan Anda menemukan ide usaha yang besar di depan mata Anda. Lihat sekitar tempat kerja Anda. Apakah Anda melihat kebutuhan yang belum terpenuhi atau cara yang lebih baik untuk melakukan sesuatu? Jika demikian, Anda punya benih untuk usaha yang menguntungkan.

Kompetensi perlu dimiliki oleh wirausahawan seperti halnya profesi lain dalam kehidupan, kompetensi ini mendukungnya ke arah kesuksesan. Dan & Bradstreet business Credit Service (1993 : 1) mengemukakan 10 kompetensi yang harus dimiliki, yaitu :

1. knowing your business, yaitu mengetahui usaha apa yang akan dilakukan. Dengan kata lain, seorang wirausahawan harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya dengan usaha atau bisnis yang akan dilakukan.

2. knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasi dan mengenalikan perusahaan, termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi, mengadministrasikan, dan membukukan kegiatan-kegiatan usaha. Mengetahui manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses dan pengelolaan semua sumberdaya perusahaan secara efektif dan efisien.

3. having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang sempurna terhadap usaha yang dilakukannya. Dia harus bersikap seperti pedagang, industriawan, pengusaha, eksekutif yang sunggung-sungguh dan tidak setengah hati.

4. having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya bentuk materi tetapi juga rohani. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan modal utama dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup waktu, cukup uang, cukup tenaga, tempat dan mental.

5. managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan / mengelola keuangan, secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakannnya secara tepat, dan mengendalikannya secara akurat.

6. managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan kebutuhannya.

7. managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan / memotivasi, dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan.

8. statisfying customer by providing high quality product, yaitu memberi kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu, bermanfaat dan memuaskan.

9. knowing Hozu to Compete, yaitu mengetahui strategi / cara bersaing. Wirausaha harus dapat mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weaks), peluang (opportunity), dan ancaman (threat), dirinya dan pesaing. Dia harus menggunakan analisis SWOT sebaik terhadap dirinya dan terhadap pesaing.

10. copying with regulation and paper work, yaitu membuat aturan / pedoman yang jelas tersurat, tidak tersirat. (Triton, 2007 :137 – 139)

Delapan anak tangga menuju puncak karir berwirausaha (Alma, 106 – 109), terdiri atas:

1. mau kerja keras (capacity for hard work)

2. bekerjasama dengan orang lain (getting things done with and through people)

3. penampilan yang baik (good appearance)

4. yakin (self confidence)

5. pandai membuat keputusan (making sound decision)

6. mau menambah ilmu pengetahuan (college education)

7. ambisi untuk maju (ambition drive)

8. pandai berkomunikasi (ability to communicate)

Berikut adalah beberapa panduan yang membantu Anda untuk memilih bisnis yang tepat:

1. Lakukan apa yang Anda cintai. Penting untuk memilih usaha yang Anda nikmati untuk dijalankan. Saya tidak bisa memberikan penekanan yang lebih pada poin ini. Banyak orang yang memulai usaha dengan alasan yang salah: menjadi kaya. Memang ada benarnya jika banyak jutawan di negeri ini yang mendapatkan kekayaannya dari usahanya sendiri, yang seharusnya bukan satu-satunya motivasi Anda untuk memulai usaha. Jika Anda tidak menikmati apa yang Anda lakukan, Anda tidak akan sukses, setidaknya dari sudut pandang mental. Memang, penghargaan secara finansial adalah hal yang luar biasa, tapi beban mental mengerjakan usaha yang tidak bisa dinikmati adalah harga yang sangat tinggi yang harus dibayar. Saya sering berbicara dengan para pengusaha yang bisnisnya sukses, namun tidak bahagia dikarenakan mereka sendiri yang menyebabkannya. Jika Anda tidak menikmati apa yang Anda kerjakan, usaha akan menjadi beban, bukan kenikmatan.

2. Jangan menemukan kembali roda, tapi buatlah menjadi lebih baik. Banyak pengusaha baru yang menganggap mereka harus hadir dengan ide usaha baru agar sukses. Ini tidak sepenuhnya benar. Kebanyakan usaha tidak dilahirkan dari inovasi, tapi kebutuhan. Alih-alih mencoba menghadirkan ide yang bisa merubah dunia, perhatikan sekeliling Anda dan lihatlah dimana ada celah kebutuhan atau konsep bisnis yang perlu perbaikan.

Banyak usaha sukses yang dilakukan dengan konsep usaha yang sudah mapan dan membuatnya menjadi lebih baik. Pizza Domino bukanlah satu-satunya yang menawarkan jasa antar ke rumah, tapi satu-satunya yang menjamin pizza dihantar masih panas dan diterima dalam waktu 30 menit atau kurang. Amazon.com bukanlah perusahaan pertama yang menjual buku, tapi salah satu yang pertama yang memberikan kenyamanan membeli buku dari rumah, meskipun Anda sedang bersantai di rumah.

3. Fokus pada ceruk. Banyak usaha yang gagal karena mencoba terlalu banyak hal. Kemampuan untuk menyediakan ribuan produk dalam satu atap sesuai untuk Wal-Mart, tapi tidak untuk kebanyakan usaha baru. Cobalah menentukan cerek yang Anda sukai dan pikirkan untuk memulai usaha dari sana. Jika Anda suka bekerja diluar ruangan, pertimbangkan terjun di bisnis lanskap. Jika Anda menikmati bekerja dengan angka, pertimbangkan untuk bekerja sebagai akuntan. Fokus pda ceruk dan jadilah ahli di bidangnya.

4. Pertimbangkan opsi franchise. Banyak pengusaha baru yang mempertimbangkan untuk membeli franchise daripada memulai usaha dari awal. Franchise adalah langkah yang baik untuk melalui proses karena mereka yang bekerja keras untuk Anda. Mereka sudah memiliki model usaha yang teruji, panduan baku untuk menjalankan usaha, menghabisan jutaan dollar untuk membangun brand dsb. Membeli franchise membutuhkan dana yang besar dengan proses yang tidak sederhana. Nasehat terbaik yang bisa saya berikan adalah teliti franchisor dengan baik dan peluangnya, gunakan pengacara untuk melakukan deal dan membaca perjanjian franchise.

5. Ketahui apa yang membedakan Anda dengan pesaing. Jika bisnis sudah dipenuhi dengan banyak perusahaan lain yang melakukan hal yang sama seperti yang Anda inginkan, peluangnya adalah Anda akan gagal jika berhadapan dengan persaingan yang sudah ada. Agar berhasil dalam persaingan yang ketat, Anda harus melakukan sesuatu agar nampak menonjol. Jika Anda tidak bisa dengan cepat dan mudah membuat pembedaan diri Anda dai pesaing yang besar, lebih baik Anda memilih usaha lainnya.

6. Yang terpenting, luangkan waktu Anda. Pertimbangkan untuk mengerjakannya paruh waktu ketika Anda masih bekerja (dan mendapatkan pemasukan) yang masih bisa diAndalkan. Berbicara dengan teman dan rekan yang menggunakan produk atau jasa yang akan Anda berikan untuk melihat apakah mereka bisa menjadi pelanggan Anda.

5 KUNCI KEBERHASILAN USAHA :
1. Perencanaan – Memang benar tanpa adanya rencana kemana Anda menuju, Anda memiliki peluang yang kecil untuk mencapainya. Alasan nomor satu mengapa banyak usaha baru yang gagal adalah kurangnya antisipasi mereka dalam menghadapi masalah karena tidak adanya perencanaan.

2. Menetapkan tujuan – Bersamaan dengan perencanaan adalah menetapkan tujuan. Tanyakan pada pengusaha sukses, dimanapun, jika mereka menetapkan dan mengerjakan yang mengarah mencapai tujuan, atau mereka melakukannya "mengikuti aliran" dan berharap yang terbaik. Jawabannya sudah jelas namun sering diabaikan.

3. Adaptasi – Setiap bisnis, apapun jenisnya, menghadapi tantangan dan persaingan yang tidak ada habisnya. Diperlukan kemampuan untuk beradaptasi dan mengatasi tantangan-tantangan ini untuk menentukan apakan usaha bisa bertahan atau tidak. Pasar dipenuhi dengan berbagai usaha yang tidak mampu atau tidak mau beradaptasi pada perubahan.

4. Inovasi – Lebih penting daripada sekedar mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar, pengusaha yang sukses akan terus-menerus fokus pada upaya mereka untuk berinovasi dan peningkatan atau membuat mereka keluar dari bisnis saat pelanggan mencari pesaing yang menawarkan sesuatu yang tidak Anda pikirkan .

5. Memasarkan secara konstan – Marketing tidak hanya sekedar menjual atau mengiklankan sesuatu. Namun ini segala sesuatu yang Anda kerjakan dan hadapi. Setiap saat Anda berbicara dengan pelanggan, menjawab telepon, mengisi order, atau saat berbicara dengan supplier Anda memasarkan diri Anda dan perusahaan.

3 ALASAN KEGAGALAN DALAM BERWIRAUSAHA :
1. Peran

Pengusaha sukes, adalah mereka yang berjuang keras, telah belajar untuk memisahkan peran dalam kehidupan mereka dari nilai diri atau identitias diri. Mereka memahami bahwa kinerja peran atau kegagalan dalam usaha mereka bukanlah penilaian terhadap mereka selaku individu. Orang yang cenderung menyamakan nilai diri mereka dengan peran identitas akan menjadikan resiko dan mencari jalan untuk memelihara status quo. Dengan kemampuan memisahkan kedua identitas ini memungkinkan mereka untuk mudah mendapatkan resiko daripada resiko yang merugikan, yang merupakan kunci kesuksesan seorang pengusaha. Seseorang yang memiliki resiko kegagalan, mengalaminya, dan belajar darinya, tidak hanya belajar bagaimana membedakan peran identitas mereka dengan identitas diri, mereka juga telah belajar mengenai resiko dan kegagalan. Mereka memahami bahwa kegagalan di awal usaha merupakan bagian dari awal kesuksesan. Mereka mampu menghadapi pengalaman ini, belajar dengan cepat dan bergerak. Ini hal penting dalam kesuksesan pengusaha. Mereka harus bersedia menghadapi dan menangani kegagalan yang terjadi di awal dari waktu ke waktu.

2. Tujuan

Meski banyak yang dikatakan dan ditulis mengenai pentingnya tujuan dan rencana untuk mencapai kesuksesan sebagai seorang pengusaha, hanya ada sedikit orang yang belajar mekanisme penetapan tujuan dan perencanaan kesuksesan. Ini bukanlah tentang rencana, tapi perencanaan yang penting, dan proses penentuan tujuan yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan kepercayaan diri untuk mengambil resiko dan kegagalan. Pengusaha sukses tidak hanya terdorong untuk mencapai tujuannya dan berorientasi pada tujuan, mereka juga belajar untuk melaksanakan proses strategi dan taktis penetapan dan perencanaan tujuan. Dengan visualisasi tujuan, menuliskannya dan memberikan rencana detil untuk pencapaian memberikan kepercayaan diri dan motivasi. Lebih dari sekedar rencana bisnis atau operasional, mereka memiliki tujuan dan rencana untuk semua peran penting dalam kehidupannya. Dari awal mereka sudah belajar jika mereka tidak mengerjakan rencana mereka sendiri, bisa jadi mereka menjadi bagian dari tujuan dan rencana orang lain. Mereka menciptakan arah sendiri, menghadapi posisi sebagai pemimpin yang mengambil resiko, dan membuat penyesuaian yang diperlukan.

3. Konsekwensi

Terakhir, pengusaha memahami adanya konsekwensi yang mereka bayar. Agar berhasil dalam peran apapun di kehidupan, Anda harus siap untuk membayar penuh seketika. Tidak ada kesuksesan instan untuk menjadi seorang pengusaha. Pada kenyataannya, saya mendengar keberhasilan biasanya membutuhkan waktu 15-20 tahun. Salah satu konsekwensi awal yang disering dihadapi adalah membuat mereka memperbaiki diri yang mencakup pertumbuhan dibalik lingkaran hubungan saat ini. Karena kebanyakan orang cenderung mempertahankan zona nyaman psikologis, mereka mulai kehilangan identitas dengan mengambil resiko. Mereka merasa nyaman dengan tipe orang yang kurang lebih sama seperti mereka. Seringkali pengusaha bergerak menuju ke lingkaran yang berbeda yang memahami perjalanan tersebut. Dengan melangkah keluar, dengan menjadi diri sendiri dan menghadapi resiko sendirian. Konsekwensinya, ditemukan tekanan baru dalam hubungan yang sudah lama. Seperti dikatakan sebelumnya bahwa pemimpin , dengan melalui proses pembedaan peran kinerja dari nilai diri, menghadapi resiko, menghadapi berbagai hambatan, berpegang teguh pada tujuan Anda, dan menyesuaikan rencana Anda, siapkah Anda membayar konsekwensi tersebut.

TENTANG ETIKA BISNIS
1.1.ETIKA BISNIS DAN ISU TERKAIT
Menurut kamus, istilah etika memiliki beragam makna berbeda. Salah satu maknanya adalah “prinsip tingkah laku yang mengatur individu dan kelompok”. Makna kedua menurut kamus – lebih penting – etika adalah “kajian moralitas”. Tapi meskipun etika berkaitan dengan moralitas, namun tidak sama persis dengan moralitas. Etika adalah semacam penelaahan, baik aktivitas penelaahan maupun hasil penelaahan itu sendiri, sedangkan moralitas merupakan subjek.

A. Moralitas
Moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa itu benar dan salah, atau baik dan jahat.
Pedoman moral mencakup norma-norma yang kita miliki mengenai jenis-jenis tindakan yang kita yakini benar atau salah secara moral, dan nilai-nilai yang kita terapkan pada objek-objek yang kita yakini secara moral baik atau secara moral buruk. Norma moral seperti “selalu katakan kebenaran”, “membunuh orang tak berdosa itu salah”. Nilai-nilai moral biasanya diekspresikan sebagai pernyataan yang mendeskripsikan objek-objek atau ciri-ciri objek yang bernilai, semacam “kejujuran itu baik” dan “ketidakadilan itu buruk”. Standar moral pertama kali terserap ketika masa kanak-kanak dari keluarga, teman, pengaruh kemasyarakatan seperti gereja, sekolah, televisi, majalah, music dan perkumpulan.

Hakekat standar moral :

1. Standar moral berkaitan dengan persoalan yang kita anggap akan merugikan secara serius atau benar-benar akan menguntungkan manusia.
2. Standar moral tidak dapat ditetapkan atau diubah oleh keputusan dewan otoritatif tertentu.
3. Standar moral harus lebih diutamakan daripada nilai lain termasuk (khususnya) kepentingan diri.
4. Standar moral berdasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak.
5. Standar moral diasosiasikan dengan emosi tertentu dan kosa kata tertentu.
Standar moral, dengan demikian, merupakan standar yang berkaitan dengan persoalan yang kita anggap mempunyai konsekuensi serius, didasarkan pada penalaran yang baik bukan otoritas, melampaui kepentingan diri, didasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak, dan yang pelanggarannya diasosiasikan dengan perasaan bersalah dan malu dan dengan emosi dan kosa kata tertentu.


B. Etika
Etika merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral masyarakat. Ia mempertanyakan bagaimana standar-standar diaplikasikan dalam kehidupan kita dan apakah standar itu masuk akal atau tidak masuk akal – standar, yaitu apakah didukung dengan penalaran yang bagus atau jelek.
Etika merupakan penelaahan standar moral, proses pemeriksaan standar moral orang atau masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau tidak untuk diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkrit. Tujuan akhir standar moral adalah mengembangkan bangunan standar moral yang kita rasa masuk akal untuk dianut.
Etika merupakan studi standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan standar yang benar atau yang didukung oleh penalaran yang baik, dan dengan demikian etika mencoba mencapai kesimpulan tentang moral yang benar benar dan salah, dan moral yang baik dan jahat.

C. Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.
Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.
Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.

D. Penerapan Etika pada Organisasi Perusahaan
Dapatkan pengertian moral seperti tanggung jawab, perbuatan yang salah dan kewajiban diterapkan terhadap kelompok seperti perusahaan, ataukah pada orang (individu) sebagai perilaku moral yang nyata?
Ada dua pandangan yang muncul atas masalah ini :

* Ekstrem pertama, adalah pandangan yang berpendapat bahwa, karena aturan yang mengikat, organisasi memperbolehkan kita untuk mengatakan bahwa perusahaan bertindak seperti individu dan memiliki tujuan yang disengaja atas apa yang mereka lakukan, kita dapat mengatakan mereka bertanggung jawab secara moral untuk tindakan mereka dan bahwa tindakan mereka adalah bermoral atau tidak bermoral dalam pengertian yang sama yang dilakukan manusia.
* Ekstrem kedua, adalah pandangan filsuf yang berpendirian bahwa tidak masuk akal berpikir bahwa organisasi bisnis secara moral bertanggung jawab karena ia gagal mengikuti standar moral atau mengatakan bahwa organisasi memiliki kewajiban moral. Organisasi bisnis sama seperti mesin yang anggotanya harus secara membabi buta mentaati peraturan formal yang tidak ada kaitannya dengan moralitas. Akibatnya, lebih tidak masuk akal untuk menganggap organisasi bertanggung jawab secara moral karena ia gagal mengikuti standar moral daripada mengkritik organisasi seperti mesin yang gagal bertindak secara moral.

Karena itu, tindakan perusahaan berasal dari pilihan dan tindakan individu manusia, indivdu-individulah yang harus dipandang sebagai penjaga utama kewajiban moral dan tanggung jawab moral : individu manusia bertanggung jawab atas apa yang dilakukan perusahaan karena tindakan perusahaan secara keseluruhan mengalir dari pilihan dan perilaku mereka. Jika perusahaan bertindak keliru, kekeliruan itu disebabkan oleh pilihan tindakan yang dilakukan oleh individu dalam perusahaan itu, jika perusahaan bertindak secara moral, hal itu disebabkan oleh pilihan individu dalam perusahaan bertindak secara bermoral.

E. Globalisasi, Perusahaan Multinasional dan Etika Bisnis
Globalisasi adalah proses yang meliputi seluruh dunia dan menyebabkan system ekonomi serta sosial negara-negara menjadi terhubung bersama, termasuk didalamnya barangbarang, jasa, modal, pengetahuan, dan peninggalan budaya yang diperdagangkan dan saling berpindah dari satu negara ke negara lain. Proses ini mempunyai beberapa komponen, termasuk didalamnya penurunan rintangan perdagangan dan munculnya pasar terbuka dunia, kreasi komunikasi global dan system transportasi seperti internet dan pelayaran global, perkembangan organisasi perdagangan dunia (WTO), bank dunia, IMF, dan lain sebagainya.
Perusahaan multinasional adalah inti dari proses globalisasi dan bertanggung jawab dalam transaksi internasional yang terjadi dewasa ini. Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang bergerak di bidang yang menghasilkan pemasaran, jasa atau operasi administrasi di beberapa negara. Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang melakukan kegiatan produksi, pemasaran, jasa dan beroperasi di banyak negara yang berbeda.
Karena perusahaan multinasional ini beroperasi di banyak negara dengan ragam budaya dan standar yang berbeda, banyak klaim yang menyatakan bahwa beberapa perusahaan melanggar norma dan standar yang seharusnya tidak mereka lakukan.

F. Etika Bisnis dan Perbedaan Budaya
Relativisme etis adalah teori bahwa, karena masyarakat yang berbeda memiliki keyakinan etis yang berbeda. Apakah tindakan secara moral benar atau salah, tergantung kepada pandangan masyarakat itu. Dengan kata lain, relativisme moral adalah pandangan bahwa tidak ada standar etis yang secara absolute benar dan yang diterapkan atau harus diterapkan terhadap perusahaan atau orang dari semua masyarakat.
Dalam penalaran moral seseorang, dia harus selalu mengikuti standar moral yang berlaku dalam masyarakat manapun dimana dia berada.
Pandangan lain dari kritikus relativisme etis yang berpendapat, bahwa ada standar moral tertentu yang harus diterima oleh anggota masyarakat manapun jika masyarakat itu akan terus berlangsung dan jika anggotanya ingin berinteraksi secara efektif.
Relativisme etis mengingatkan kita bahwa masyarakat yang berbeda memiliki keyakinan moral yang berbeda, dan kita hendaknya tidak secara sederhana mengabaikan keyakinan moral kebudayaan lain ketika mereka tidak sesuai dengan standar moral kita.

G. Teknologi dan Etika Bisnis
Teknologi yang berkembang di akhir dekade abad ke-20 mentransformasi masyarakat dan bisnis, dan menciptakan potensi problem etis baru. Yang paling mencolok adalah revolusi dalam bioteknologi dan teknologi informasi. Teknologi menyebabkan beberapa perubahan radikal, seperti globalisasi yang berkembang pesat dan hilangnya jarak, kemampuan menemukan bentuk-bentuk kehidupan baru yang keuntungan dan resikonya tidak terprediksi. Dengan perubahan cepat ini, organisasi bisnis berhadapan dengan setumpuk persoalan etis baru yang menarik.

1.2 PERKEMBANGAN MORAL DAN PENALARAN MORAL

A. Perkembangan Moral
Riset psikologi menunjukkan bahwa, perkembangan moral seseorang dapat berubah ketika dewasa. Saat anak-anak, kita secara jujur mengatakan apa yang benar dan apa yang salah, dan patuh untuk menghindari hukuman. Ketika tumbuh menjadi remaja, standar moral konvensional secara bertahap diinternalisasikan. Standar moral pada tahap ini didasarkan pada pemenuhan harapan keluarga, teman dan masyarakat sekitar. Hanya sebagian manusia dewasa yang rasional dan berpengalaman memiliki kemampuan merefleksikan secara kritis standar moral konvensional yang diwariskan keluarga, teman, budaya atau agama kita. Yaitu standar moral yang tidak memihak dan yang lebih memperhatikan kepentingan orang lain, dan secara memadai menyeimbangkan perhatian terhadap orang lain dengan perhatian terhadap diri sendiri.
Menurut ahli psikologi, Lawrence Kohlberg, dengan risetnya selama 20 tahun, menyimpulkan, bahwa ada 6 tingkatan (terdiri dari 3 level, masing-masing 2 tahap) yang teridentifikasi dalam perkembangan moral seseorang untuk berhadapan dengan isu-isu moral. Tahapannya adalah sebagai berikut :

1) Level satu : Tahap Prakonvensional
Pada tahap pertama, seorang anak dapat merespon peraturan dan ekspektasi sosial dan dapat menerapkan label-label baik, buruk, benar dan salah.
Tahap satu : Orientasi Hukuman dan Ketaatan
Pada tahap ini, konsekuensi fisik sebuah tindakan sepenuhnya ditentukan oleh kebaikan atau keburukan tindakan itu. Alasan anak untuk melakukan yang baik adalah untuk menghindari hukuman atau menghormati kekuatan otoritas fisik yang lebih besar.
Tahap dua : Orientasi Instrumen dan Relativitas
Pada tahap ini, tindakan yang benar adalah yang dapat berfungsi sebagai instrument untuk memuaskan kebutuhan anak itu sendiri atau kebutuhan mereka yang dipedulikan anak itu.

2) Level dua : Tahap Konvensional
Pada level ini, orang tidak hanya berdamai dengan harapan, tetapi menunjukkan loyalitas terhadap kelompok beserta norma-normanya. Remaja pada masa ini, dapat melihat situasi dari sudut pandang orang lain, dari perspektif kelompok sosialnya.
Tahap Tiga : Orientasi pada Kesesuaian Interpersonal
Pada tahap ini, melakukan apa yang baik dimotivasi oleh kebutuhan untuk dilihat sebagai pelaku yang baik dalam pandangannya sendiri dan pandangan orang lain.
Tahap Empat : Orientasi pada Hukum dan Keteraturan
Benar dan salah pada tahap konvensional yang lebih dewasa, kini ditentukan oleh loyalitas terhadap negara atau masyarakat sekitarnya yang lebih besar. Hukum dipatuhi kecuali tidak sesuai dengan kewajiban sosial lain yang sudah jelas.

3) Level tiga : Tahap Postkonvensional, Otonom, atau Berprinsip
Pada tahap ini, seseorang tidak lagi secara sederhana menerima nilai dan norma kelompoknya. Dia justru berusaha melihat situasi dari sudut pandang yang secara adil mempertimbangkan kepentingan orang lain. Dia mempertanyakan hukum dan nilai yang diadopsi oleh masyarakat dan mendefinisikan kembali dalam pengertian prinsip moral yang dipilih sendiri yang dapat dijustifikasi secara rasional. Hukum dan nilai yang pantas adalah yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang memotivasi orang yang rasional untuk menjalankannya.
Tahap Lima : Orientasi pada Kontrak Sosial
Tahap ini, seseorang menjadi sadar bahwa mempunyai beragam pandangan dan pendapat personal yang bertentangan dan menekankan cara yang adil untuk mencapai consensus dengan kesepahaman, kontrak, dan proses yang matang. Dia percaya bahwa nilai dan norma bersifat relative, dan terlepas dari consensus demokratis semuanya diberi toleransi.
Tahap Enam : Orientasi pada Prinsip Etika yang Universal
Tahap akhir ini, tindakan yang benar didefinisikan dalam pengertian prinsip moral yang dipilih karena komprehensivitas, universalitas, dan konsistensi. Alasan seseorang untuk melakukan apa yang benar berdasarkan pada komitmen terhadap prinsip-prinsip moral tersebut dan dia melihatnya sebagai criteria untuk mengevaluasi semua aturan dan tatanan moral yang lain.

Teori Kohlberg membantu kita memahami bagaimana kapasitas moral kita berkembang dan memperlihatkan bagaimana kita menjadi lebih berpengalaman dan kritis dalam menggunakan dan memahami standar moral yang kita punyai. Namun tidak semua orang mengalami perkembangan, dan banyak yang berhenti pada tahap awal sepanjang hidupnya. Bagi mereka yang tetap tinggal pada tahap prakonvensional, benar atau salah terus menerus didefinisikan dalam pengertian egosentris untuk menghindari hukuman dan melakukan apa yang dikatakan oleh figur otoritas yang berkuasa. Bagi mereka yang mencapai tahap konvensional, tetapi tidak pernah maju lagi, benar atau salah selalu didefinisikan dalam pengertian norma-norma kelompok sosial mereka atau hukum Negara atau masyarakat mereka. Namun demikian, bagi yang mencapai level postkonvensional dan mengambil pandangan yang reflektif dan kritis terhadap standar moral yang mereka yakini, benar dan salah secara moral didefinisikan dalam pengertian prinsip-prinsip moral yang mereka pilih bagi mereka sendiri sebagai yang lebih rasional dan memadai.

B. Penalaran Moral
Penalaran moral mengacu pada proses penalaran dimana prilaku, institusi, atau kebijakan dinilai sesuai atau melanggar standar moral. Penalaran moral selalu melibatkan dua komponen mendasar :

1. Pemahaman tentang yang dituntut, dilarang, dinilai atau disalahkan oleh standar moral yang masuk akal.
2. Bukti atau informasi yang menunjukkan bahwa orang, kebijakan, institusi, atau prilaku tertentu mempunyai ciri-ciri standar moral yang menuntut, melarang, menilai, atau menyalahkan.
3. Menganalisis Penalaran Moral


Ada beberapa criteria yang digunakan para ahli etika untuk mengevaluasi kelayakan penalaran moral, yaitu :

* Penalaran moral harus logis.
* Bukti factual yang dikutip untuk mendukung penilaian harus akurat, relevan dan lengkap.
* Standar moral yang melibatkan penalaran moral seseorang harus konsisten.


1.3 ARGUMEN YANG MENDUKUNG DAN YANG MENENTANG ETIKA BISNIS
Banyak yang keberatan dengan penerapan standar moral dalam aktivitas bisnis. Bagian ini membahas keberatan-keberatan tersebut dan melihat apa yang dapat dikatakan berkenaan dengan kesetujuan untuk menerapkan etika ke dalam bisnis.
Tiga keberatan atas penerapan etika ke dalam bisnis :
Orang yang terlibat dalam bisnis, kata mereka hendaknya berfokus pada pencarian keuntungan finansial bisnis mereka dan tidak membuang-buang energi mereka atau sumber daya perusahaan untuk melakukan ”pekerjaan baik”. Tiga argumen diajukan untuk mendukung perusahaan ini :

Pertama, beberapa berpendapat bahwa di pasar bebas kompetitif sempurna, pencarian keuntungan dengan sendirinya menekankan bahwa anggota masyarakat berfungsi dengan cara-cara yang paling menguntungkan secara sosial. Agar beruntung, masing-masing perusahaan harus memproduksi hanya apa yang diinginkan oleh anggota masyarakat dan harus melakukannya dengan cara yang paling efisien yang tersedia. Anggota masyarakat akan sangat beruntung jika manajer tidak memaksakan nilai-nilai pada bisnis, namun mengabdikan dirinya pada pencarian keuntungan yang berfokus.
Argumen tersebut menyembunyikan sejumlah asumsi yaitu : Pertama, sebagian besar industri tidak ”kompetitif secara sempurna”, dan sejauh sejauh perusahaan tidak harus berkompetisi, mereka dapat memaksimumkan keuntungan sekalipun produksi tidak efisien. Kedua, argumen itu mengasumsikan bahwa langkah manapun yang diambil untuk meningkatkan keuntungan, perlu menguntungkan secara sosial, sekalipun dalam kenyataannya ada beberapa cara untuk meningkatkan keuntungan yang sebenarnya merugikan perusahaan : membiarkan polusi, iklan meniru, menyembunyikan cacat produksi, penyuapan. Menghindari pajak, dsb. Ketiga, argumen itu mengasumsikan bahwa dengan memproduksi apapun yang diinginkan publik pembeli, perusahaan memproduksi apa yang diinginkan oleh seluruh anggota masyarakat, ketika kenyataan keinginan sebagian besar anggota masyarakat (yang miskin dan dan tidak diuntungkan) tidak perlu dipenuhi karena mereka tidak dapat berpartisipasi dalam pasar. Keempat, argumen itu secara esensial membuat penilaian normatif.

Kedua, Kadang diajukan untuk menunjukan bahwa manajer bisnis hendaknya berfokus mengejar keuntungan perusahaan mereka dan mengabaikan pertimbangan etis, yang oleh Ale C. Michales disebut ”argumen dari agen yang loyal”. Argumen tersebut secara sederhana adalah sbb :
Sebagai agen yang loyal dari majikannya manajer mempunyai kewajiban untuk melayani majikannya ketika majikan ingin dilayani (jika majikan memiliki keakhlian agen).
Majikan ingin dilayani dengan cara apapun yang akan memajukan kepentingannya sendiri. Dengan demikian sebagai agen yang loyal dari majikannya, manajer mempunyai kewajiban untuk melayani majikannya dengan cara apapun yang akan memajukan kepentingannya.
Argumen agen yang loyal adalah keliru, karena ”dalam menentukan apakah perintah klien kepada agen masuk akal atau tidak... etika bisnis atau profesional harus mempertimbangkan” dan ”dalam peristiwa apapun dinyatakan bahwa agen mempunyai kewajiban untuk tidak melaksanakan tindakan yang ilegal atau tidak etis”. Dengan demikian, kewajiban manajer untuk mengabdi kepada majikannya, dibatasi oleh batasan-batasan moralitas.

Ketiga, untuk menjadi etis cukuplah bagi orang-orang bisnis sekedar mentaati hukum :
Etika bisnis pada dasarnya adalah mentaati hukum.
Terkadang kita salah memandang hukum dan etika terlihat identik. Benar bahwa hokum tertentu menuntut perilaku yang sama yang juga dituntut standar moral kita. Namun demikian, hukum dan moral tidak selalu serupa. Beberapa hukum tidak punya kaitan dengan moralitas, bahkan hukum melanggar standar moral sehingga bertentangan dengan moralitas, seperti hukum perbudakan yang memperbolehkan kita memperlakukan budak sebagai properti. Jelas bahwa etika tidak begitu saja mengikuti hukum.
Namun tidak berarti etika tidak mempunyai kaitan dengan hukum. Standar Moral kita kadang dimasukan ke dalam hukum ketika kebanyakan dari kita merasa bahwa standar moral harus ditegakkan dengan kekuatan sistem hukum sebaliknya, hukum dikritik dan dihapuskan ketika jelas-jelas melanggar standar moral.
Kasus etika dalam bisnis
Etika seharusnya diterapkan dalam bisnis dengan menunjukan bahwa etika mengatur semua aktivitas manusia yang disengaja, dan karena bisnis merupakan aktitivitas manusia yang disengaja, etika hendaknya juga berperan dalam bisnis. Argumen lain berpandangan bahwa, aktivitas bisnis, seperti juga aktivitas manusia lainnya, tidak dapat eksis kecuali orang yang terlibat dalam bisnis dan komunitas sekitarnya taat terhadap standar minimal etika. Bisnis merupakan aktivitas kooperatif yang eksistensinya mensyaratkan perilaku etis.
Dalam masyarakat tanpa etika, seperti ditulis oleh filsuf Hobbes, ketidakpercayaan dan kepentingan diri yang tidak terbatas akan menciptakan ”perang antar manusia terhadap manusia lain”, dan dalam situasi seperti itu hidup akan menjadi ”kotor, brutal, dan dangkal”. Karenanya dalam masyarakat seperti itu, tidak mungkin dapat melakukan aktivitas bisnis, dan bisnis akan hancur. Katena bisnis tidak dapat bertahan hidup tanpa etika, maka kepentingan bisnis yang paling utama adalah mempromosikan perilaku etika kepada anggotanya dan juga masyarakat luas.
Etika hendaknya diterapkan dalam bisnis dengan menunjukan bahwa etika konsisten dengan tujuan bisnis, khususnya dalam mencari keuntungan. Contoh Merck dikenal karena budaya etisnya yang sudah lama berlangsung, namun ia tetap merupakan perusahaan yang secara spektakuler mendapatkan paling banyak keuntungan sepanjang masa.
Apakah ada bukti bahwa etika dalam bisnis secara sistematis berkorelasi dengan profitabilitas? Apakah Perusahaan yang etis lebih menguntungkan dapripada perusahaan lainnya ?
Beberapa studi menunjukan hubungan yang positif antara perilaku yang bertanggung jawab secara sosial dengan profitabilitas, beberapa tidak menemukan korelasi bahwa etika bisnis merupakan beban terhadap keuntungan. Studi lain melihat, perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial bertransaksi di pasar saham, memperoleh pengembalian yang lebih tinggi daripada perusahaan lainnya. Semua studi menunjukan bahwa secara keseluruhan etika tidak memperkecil keuntungan, dan tampak justru berkontribusi pada keuntungan.
Dalam jangka panjang, untuk sebagian besar, lebih baik menjadi etis dalam bisnis dari pada tidak etis. Meskipun tidak etis dalam bisnis kadang berhasil, namun perilaku tidak etis ini dalam jangka panjang, cenderung menjadi kekalahan karena meruntuhkan hubungan koperatif yang berjangka lama dengan pelanggan, karyawan dan anggota masyarakat dimana kesuksesan disnis sangat bergantung.
Akhirnya kita harus mengetahui ada banyak bukti bahwa sebagian besar orang akan menilai perilaku etis dengan menghukum siapa saja yang mereka persepsi berperilaku tidak etis, dan menghargai siapa saja yang mereka persepsi berperilaku etis. Pelanggan akan melawan perusahaan jika mereka mempersepsi ketidakadilan yang dilakukan perusahaan dalam bisnis lainnya, dan mengurangi minat mereka untuk membeli produknya. Karyawan yang merasakan ketidakadilan, akan menunjukan absentisme lebih tinggi, produktivitas lebih rendah, dan tuntutan upah lebih tinggi. Sebaliknya, ketika karyawan percaya bahwa organisasi adil, akan senang mengikuti manajer. Melakukan apapun yang dikatakan manajer, dan memandang keputusan manajer sah. Ringkasnya, etika merupakan komponen kunci manajemen yang efektif.
Dengan demikian, ada sejumlah argumen yang kuat, yang mendukung pandangan bahwa etika hendaknya diterapkan dalam bisnis.

1.4 TANGGUNG JAWAB DAN KEWAJIBAN MORAL
Kapankah secara moral seseorang bertanggung jawab atau disalahkan, karena melakukan kesalahan? Seseorang secara moral bertanggung jawab atas tindakannya dan efek-efek merugikan yang telah diketahui ;
a. Yang dilakukan atau dilaksanakan seseorang dengan sengaja dan secara bebas
b. Yang gagal dilakukan atau dicegah dan yang secara moral keliru karena orang itu dengan sengaja atau secara bebas gagal melaksanakan atau mencegahnya.

Ada kesepakatan umum, bahwa ada dua kondisi yang sepenuhnya menghilangkan tanggung jawab moral seseorang karena menyebabkan kerugian ;

1. Ketidaktahuan
2. Ketidakmampuan

Keduanya disebut kondisi yang memaafkan karena sepenuhnya memaafkan orang dari tanggung jawab terhadap sesuatu. Jika seseorang tidak mengetahui, atau tidak dapat menghindari apa yang dia lakukan, kemudian orang itu tidak berbuat secara sadar, ia bebas dan tidak dapat dipersalahkan atas tindakannya. Namun, ketidaktahuan dan ketidakmampuan tidak selalu memaafkan seseorang, salah satu pengecualiannya adalah ketika seseorang mungkin secara sengaja, membiarkan dirinya tidak mau mengetahui persoalan tertentu.
Ketidakmampuan bisa jadi merupakan akibat lingkungan internal dan eksternal yang menyebabkan seseorang tidak dapat melakukan sesuatu atau tidak dapat menahan melakukan sesuatu. Seseorang mungkin kekurangan kekuasaan, keahlian, kesempatan atau sumber daya yang mencukupi untuk bertindak. Seseorang mungkin secara fisik terhalang atau tidak dapat bertindak, atau pikiran orang secara psikologis cacat sehingga mencegahnya mengendalikan tindakannya. Ketidakmampuan mengurangi tanggung jawab karena seseorang tidak mempunyai tanggung jawab untuk melakukan (atau melarang melakukan) sesuatu yang tidak dapat dia kendalikan. Sejauh lingkungan menyebabkan seseorang tidak dapat mengendalikan tindakannya atau mencegah kerugian tertentu, adalah keliru menyalahkan orang itu.
Sebagai tambahan atas dua kondisi yang memaklumkan itu (ketidaktahuan dan ketidakmampuan), yang sepenuhnya menghilangkan tanggung jawab moral seseorang karena kesalahan, ada juga beberapa faktor yang memperingan, yang meringankan tanggung jawab moral seseorang yang tergantung pada kejelasan kesalahan. Faktor yang memperingan mencakup :

* Lingkungan yang mengakibatkan orang tidak pasti, namun tidak juga tidak yakin tentang apa yang sedang dia lakukan ( hal tersebut mempengaruhi pengetahuan seseorang)
* Lingkungan yang menyulitkan, namun bukan tidak mungkin untuk menghindari melakukannya (hal ini mempengaruhi kebebasan seseorang)
* Lingkungan yang mengurangi namun tidak sepenuhnya menghilangkan keterlibatan seseorang dalam sebuah tindakan (ini mempengaruhi tingkatan sampai dimana seseorang benar-benar menyebabkan kerugian)

Hal tersebut dapat memperingan tanggung jawab seseorang karena kelakuan yang keliru yang tergantung pada faktor keempat, yaitu keseriusan kesalahan.
Kesimpulan mendasar tentang tanggung jawab moral atas kesalahan atau kerugian yang memperingan tanggung jawab moral seseorang yaitu :

1. Secara moral individu, bertanggung jawab atas tindakan yang salah yang dia lakukan (atau yang secara keliru dia lalaikan) dan atas efek-efek kerugian yang disebabkan (atau yang gagal dia cegah) ketika itu dilakukan dengan bebas dan sadar.
2. Tanggung jawab moral sepenuhnya dihilangkan (atau dimaafkan) oleh ketidaktahuan dan ketidakmampuan
3. Tanggung jawab moral atas kesalahan atau kerugian diringankan oleh :

* Ketidak pastian
* Kesulitan

Bobot keterlibatan yang kecil (meskipun kegagalan tidak memperingan jika seseorang mempunyai tugas khusus untuk mencegah kesalahan), namun cakupan sejauh mana hal-hal tersebut memperingan tanggung jawab moral seseorang kepada (dengan) keseriusan kesalahan atau kerugian. Semakin besar keseriusannya, semakin kecil ketiga factor pertama tadi dapat meringankan.
Para kritikus berdebat, apakah semua faktor yang meringankan itu benar-benar mempengaruhi tanggung jawab seseorang? Beberapa berpendapat bahwa, kejahatan tidak pernah diterima, tidak peduli tekanan apakah yang terjadi pada seseorang. Kritikus lain berpendapat, membiarkan secara pasif suatu kesalahan terjadi, tidak berbeda dengan secara aktif menyebabkan suatu kesalahan terjadi.

A. Tanggung Jawab Perusahaan
Dalam perusahaan modern, tanggung jawab atas tindakan perusahaan sering didistribusikan kepada sejumlah pihak yang bekerja sama. Tindakan perusahaan biasanya terdiri atas tindakan atau kelalaian orang-orang berbeda yang bekerja sama sehingga tindakan atau kelalaian mereka bersama-sama menghasilkan tindakan perusahaan. Jadi, siapakah yang bertanggung jawab atas tindakan yang dihasilkan bersama-sama itu?
Pandangan tradisional berpendapat bahwa mereka yang melakukan secara sadar dan bebas apa yang diperlukan perusahaan, masing-masing secara moral bertanggung jawab.
Lain halnya pendapat para kritikus pandangan tradisional, yang menyatakan bahwa ketika sebuah kelompok terorganisasi seperti perusahaan bertindak bersama-sama, tindakan perusahaan mereka dapat dideskripsikan sebagai tindakan kelompok, dan konsekuensinya tindakan kelompoklah, bukan tindakan individu, yang mengharuskan kelompok bertanggung jawab atas tindakan tersebut.
Kaum tradisional membantah bahwa, meskipun kita kadang membebankan tindakan kepada kelompok perusahaan, fakta legal tersebut tidak mengubah realitas moral dibalik semua tindakan perusahaan itu. Individu manapun yang bergabung secara sukarela dan bebas dalam tindakan bersama dengan orang lain, yang bermaksud menghasilkan tindakan perusahaan, secara moral akan bertanggung jawab atas tindakan itu.
Namun demikian, karyawan perusahaan besar tidak dapat dikatakan “dengan sengaja dan dengan bebas turut dalam tindakan bersama itu” untuk menghasilkan tindakan perusahaan atau untuk mengejar tujuan perusahaan. Seseorang yang bekerja dalam struktur birokrasi organisasi besar tidak harus bertanggung jawab secara moral atas setiap tindakan perusahaan yang turut dia bantu, seperti seorang sekretaris, juru tulis, atau tukang bersih-bersih di sebuah perusahaan. Faktor ketidaktahuan dan ketidakmampuan yang meringankan dalam organisasi perusahaan birokrasi berskala besar, sepenuhnya akan menghilangkan tanggung jawab moral orang itu.

B. Tanggung Jawab Bawahan
Dalam perusahaan, karyawan sering bertindak berdasarkan perintah atasan mereka.
Perusahaan biasanya memiliki struktur yang lebih tinggi ke beragam agen pada level yang lebih rendah. Jadi, siapakah yang harus bertanggung jawab secara moral ketika seorang atasan memerintahkan bawahannya untuk melakukan tindakan yang mereka ketahui salah.
Orang kadang berpendapat bahwa, ketika seorang bawahan bertindak sesuai dengan perintah atasannya yang sah, dia dibebaskan dari semua tanggung jawab atas tindakan itu.
Hanya atasan yang secara moral bertanggung jawab atas tindakan yang keliru, bahkan jika bawahan adalah agen yang melakukannya. Pendapat tersebut keliru, karena bagaimanapun tanggung jawab moral menuntut seseorang bertindak secara bebas dan sadar, dan tidak relevan bahwa tindakan seseorang yang salah merupakan pilihan secara bebas dan sadar mengikuti perintah. Ada batas-batas kewajiban karyawan untuk mentaati atasannya. Seorang karyawan tidak mempunyai kewajiban untuk mentaati perintah melakukan apapun yang tidak bermoral.
Dengan demikian, ketika seorang atasan memerintahkan seorang karyawan untuk melakukan sebuah tindakan yang mereka ketahui salah, karyawan secara moral bertanggung jawab atas tindakan itu jika dia melakukannya. Atasan juga bertanggung jawab secara moral, karena fakta atasan menggunakan bawahan untuk melaksanakan tindakan yang salah tidak mengubah fakta bahwa atasan melakukannya.

HAL – HAL YANG MENARIK

1. Dasar Etika adalah MoralApa yang dimaksud dengan etika? Menurut kamus ada banyak arti dari etika diantaranya adalah :
* Prinsip – prinsip yang digunakan untuk mengatur prilaku individu atau kelompok
* Pelajaran tentang moral
Definisi Moralitas adalah :
“Aturan-aturan yang dimiliki perorangan atau kelompok tentang apa-apa yang benar dan apa-apa yang salah, atau apa-apa yang baik dan yang jahat.”
Sedangkan yang dimaksud dengan standar moral adalah :
“Norma-norma yang kita miliki tentang jenis-jenis tindakan yang kita percaya secara moral benar atau salah.”

2. Moral Lebih ke Arah Individu
Organisasi perusahaan akan eksis bila :
“Ada individu – individu manusia dengan hubungan dan lingkungan tertentu.”
Karena tindakan perusahaan dilakukan oleh pilihan dan tindakan individu-individu di dalamnya. Maka individu-individu tadi yang harus dilihat sebagai penghalang dan pelaksana utama dari tugas moral, tanggung jawab moral perusahaan.
Individu-individu manusia tadi bertanggung jawab pada apa yang dilakukan oleh perusahaan, karena tindakan perusahaan berlangsung karena pilihan-pilihan mereka dan prilaku individu-individu tadi. Sehingga perusahaan mempunyai tugas moral untuk melakukan sesuatu bila anggota perusahaan tersebut mempunyai tanggung jawab moral untuk melakukan sesuatu.

3. Pencapai Tetinggi dari Etika adalah Berorientasi pada Prinsip Etika Universal
Tingkat final, tindakan yang benar dilakukan berdasarkan prinsip moral karena logis, universality dan konsistensi.
Universality artinya suara hati, di dalam istilah ESQ disebut anggukan universal yang mengacu kepada God Spot.

4. Kasus WorldCom dan Enron
4.1 Kasus WorldCom
Di dalam laporan keuangan WorldCom’s, Scott Sulivan memindahkan $ 400 juta dari reserved account ke “income”. Dia juga selama bertahun-tahun melaporkan trilyunan dolar biaya operasi sebagai “capital expenditure”.
Dia bisa melakukan ini dengan bantuan firm accounting dan auditor terkenal “Arthur Andersen”. Padahal Scott Sullivan, pernah mendapat penghargaan sebagai Best CFO oleh CFO Magazine tahun 1998.
4.2 Kasus Enron
Pada terbitan April 2001, majalah Fortune menjuluki Enron sebagai perusahaan paling innovative di Amerika “Most Innovative” dan menduduki peringkat 7 besar perusahaan di Amerika. Enam bulan kemudian (Desember 2001) Enron diumumkan bangkrut.
Kejadian ini dijuluki sebagai “Penipuan accounting terbesar di abad ke 20”. Dua belas ribu karyawan kehilangan pekerjaan. Pemegang saham-saham Enron kehilangan US$ 70 Trilyun dalam sekejap ketika nilai sahamnya turun menjadi nol.
Kejadian ini terjadi dengan memanfaatkan celah di bidang akuntansi. Andrew Fastow, Chief Financial officer bekerjasama dengan akuntan public Arthur Andersen, memanfaatkan celah di bidang akuntansi, yaitu dengan menggunakan “special purpose entity”, karena aturan accounting memperbolehkan perusahaan untuk tidak melaporkan keuangan special purpose entity bila ada pemilik saham independent dengan nilai minimum 3%.
Dengan special purpose entity tadi, kemudian meminjam uang ke bank dengan menggunakan jaminan saham Enron. Uang hasil pinjaman tadi digunakan untuk menghidupi bisnis Enron.
4.3 Bahasan Kasus
Dari kasus WorldCom’s dan Enron diatas, dapat diamati bahwa walaupun sudah ada aturan yang jelas mengatur system accounting, tetapi kalau manusia yang mengatur tadi tidak bermoral dan tidak beretika maka mereka akan memanfaatkan celah yang ada untuk kepentingan mereka.
4.4 Pandangan Velasquez tentang Etika Bisnis di Arab Saudi
Menurut Velasquez, Arab Saudi adalah tempat kelahiran Islam, yang menggunakan landasan Islam Suni sebagai hukum, kebijakan dan system sosialnya. Tetapi di Arab Saudi tidak dikenal “basic right” (keadilan dasar, seperti tidak ada demokrasi, tidak ada kebebasan berbicara, tidak ada kebebasan pers, tidak mengenal peradilan dengan system juri, tidak mengenal kebebasan beragama dan diskriminasi terhadap wanita. Sehingga menurut Velasquez, di Arab Saudi tidak mengenal hak azazi manusia.



BAHASAN
Velasquez menyatakan, Arab Saudi adalah contoh Etika Islam, dengan alasan sederhana karena Islam lahir disana. Tetapi dia lupa bahwa Agama Kristen dan Yahudi juga tidak lahir di Eropa atau di Amerika. Dia mengeneralisir bahwa Arab Saudi adalah Islam.
Padahal Arab Saudi bukan merupakan penggambaran negara Islam yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Dalam jaman Rasul dan empat sahabat penerusnya dikenal istilah demokrasi dan kebebasan beragama.

HAL – HAL MENARIK MENJADI BAHAN DISKUSI

1. Bagaimana pendekatan etika yang harus out-in atau in-out
* Out- in adalah proses pengawasan dari luar ke dalam, harus ada aturan main atau bisnis proses yang jelas dan transparan sehingga etika bisnis bisa berjalan,
* misalnya ada good corporate governance, balance scorecard, atau Malcolm baldrigeIn- out adalah pendekatan dari sisi individu pelaku bisnis, pelaku dari etika adalah individu dan setiap individu harus menjalankan etika bisnis.
* Dalam kasus Enron dan WorldCom’s, walaupun sudah ada system yang sangat baik dan well defined is organized, masih saja “oknum” manusia mencari celah diantara aturan main tersebut.
* Bagaimanakah sebaiknya implementasi etika bisnis yang baik, dengan pendekatan in-out, out-in, atau ambivalent dengan menerapkan keduanya.

2. Apakah etika itu pesan universal horizontal – kewajiban vertical
* Dasar dari etika adalah kajian terhadap moralitas, dan moralitas tadi mengaju kepada individu.
* Sedangkan pencapai tertinggi dari moral adalah Orientasi Prinsip Etis Universal
* Velasquez menyatakan etika itu lebih abstrak daripada “Ten Commandements”
* Apakah etika itu pesan universal horizontal (manusia ke manusia) minus nilai kewajiban vertical (Agama) ?



CONTOH PELANGGARAN ETIKA BISNIS

* Pelanggaran etika bisnis terhadap hukum
Sebuah perusahaan X karena kondisi perusahaan yang pailit akhirnya memutuskan untuk Melakukan PHK kepada karyawannya. Namun dalam melakukan PHK itu, perusahaan sama sekali tidak memberikan pesongan sebagaimana yang diatur dalam UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam kasus ini perusahaan x dapat dikatakan melanggar prinsip kepatuhan terhadap hukum.
* Pelanggaran etika bisnis terhadap transparansi
Sebuah Yayasan X menyelenggarakan pendidikan setingkat SMA. Pada tahun ajaran baru sekolah mengenakan biaya sebesar Rp 500.000,- kepada setiap siswa baru. Pungutan sekolah ini sama sekali tidak diinformasikan kepada mereka saat akan mendaftar, sehingga setelah diterima mau tidak mau mereka harus membayar. Disamping itu tidak ada informasi maupun penjelasan resmi tentang penggunaan uang itu kepada wali murid.
Setelah didesak oleh banyak pihak, Yayasan baru memberikan informasi bahwa uang itu dipergunakan untuk pembelian seragama guru. Dalam kasus ini, pihak Yayasan dan sekolah dapat dikategorikan melanggar prinsip transparansi
* Pelanggaran etika bisnis terhadap akuntabilitas
Sebuah RS Swasta melalui pihak Pengurus mengumumkan kepada seluruh karyawan yang akan mendaftar PNS secara otomotais dinyatakan mengundurkan diri. A sebagai salah seorang karyawan di RS Swasta itu mengabaikan pengumuman dari pihak pengurus karena menurut pendapatnya ia diangkat oleh Pengelola dalam hal ini direktur, sehingga segala hak dan kewajiban dia berhubungan dengan Pengelola bukan Pengurus. Pihak Pengelola sendiri tidak memberikan surat edaran resmi mengenai kebijakan tersebut.
Karena sikapnya itu, A akhirnya dinyatakan mengundurkan diri. Dari kasus ini RS Swasta itu dapat dikatakan melanggar prinsip akuntabilitas karena tidak ada kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban antara Pengelola dan Pengurus Rumah Sakit
* Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip pertanggungjawaban
Sebuah perusahaan PJTKI di Jogja melakukan rekrutmen untuk tenaga baby sitter. Dalam pengumuman dan perjanjian dinyatakan bahwa perusahaan berjanji akan mengirimkan calon TKI setelah 2 bulan mengikuti training dijanjikan akan dikirim ke negara-negara tujuan. Bahkan perusahaan tersebut menjanjikan bahwa segala biaya yang dikeluarkan pelamar akan dikembalikan jika mereka tidak jadi berangkat ke negara tujuan. B yang terarik dengan tawaran tersebut langsung mendaftar dan mengeluarkan biaya sebanyak Rp 7 juta untuk ongkos administrasi dan pengurusan visa dan paspor. Namun setelah 2 bulan training, B tak kunjung diberangkatkan, bahkan hingga satu tahun tidak ada kejelasan. Ketika dikonfirmasi, perusahaan PJTKI itu selalu berkilah ada penundaan, begitu seterusnya. Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa Perusahaan PJTKI tersebut telah melanggar prinsip pertanggungjawaban dengan mengabaikan hak-hak B sebagai calon TKI yang seharusnya diberangnka ke negara tujuan untuk bekerja.
* Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kewajaran
Sebuah perusahaan property ternama di Yogjakarta tidak memberikan surat ijin membangun rumah dari developer kepada dua orang konsumennya di kawasan kavling perumahan milik perusahaan tersebut. Konsumen pertama sudah memenuhi kewajibannya membayar harga tanah sesuai kesepakatan dan biaya administrasi lainnya.
Sementara konsumen kedua masih mempunyai kewajiban membayar kelebihan tanah, karena setiap kali akan membayar pihak developer selalu menolak dengan alasan belum ada ijin dari pusat perusahaan (pusatnya di Jakarta). Yang aneh adalah di kawasan kavling itu hanya dua orang ini yang belum mengantongi izin pembangunan rumah, sementara 30 konsumen lainnya sudah diberi izin dan rumah mereka sudah dibangun semuannya. Alasan yang dikemukakan perusahaan itu adalah ingin memberikan pelajaran kepada dua konsumen tadi karena dua orang ini telah memprovokasi konsumen lainnya untuk melakukan penuntutan segera pemberian izin pembangunan rumah. Dari kasus ini perusahaan property tersebut telah melanggar prinsip kewajaran (fairness) karena tidak memenuhi hak-hak stakeholder (konsumen) dengan alasan yang tidak masuk akal.
* Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kejujuran
Sebuah perusahaan pengembang di Sleman membuat kesepakatan dengan sebuah perusahaan kontraktor untuk membangun sebuah perumahan. Sesuai dengan kesepakatan pihak pengembang memberikan spesifikasi bangunan kepada kontraktor. Namun dalam pelaksanaannya, perusahaan kontraktor melakukan penurunan kualitas spesifikasi bangunan tanpa sepengetahuan perusahaan pengembang. Selang beberapa bulan kondisi bangunan sudah mengalami kerusakan serius. Dalam kasus ini pihak perusahaan kontraktor dapat dikatakan telah melanggar prinsip kejujuran karena tidak memenuhi spesifikasi bangunan yang telah disepakati bersama dengan perusahaan pengembang
* Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip empati
Seorang nasabah, sebut saja X, dari perusahaan pembiayaan terlambat membayar angsuran mobil sesuai tanggal jatuh tempo karena anaknya sakit parah. X sudah memberitahukan kepada pihak perusahaan tentang keterlambatannya membayar angsuran, namun tidak mendapatkan respon dari perusahaan. Beberapa minggu setelah jatuh tempo pihak perusahaan langsung mendatangi X untuk menagih angsuran dan mengancam akan mengambil mobil yang masih diangsur itu. Pihak perusahaan menagih dengan cara yang tidak sopan dan melakukan tekanan psikologis kepada nasabah. Dalam kasus ini kita dapat mengakategorikan pihak perusahaan telah melakukan pelanggaran prinsip empati pada nasabah karena sebenarnya pihak perusahaan dapat memberikan peringatan kepada nasabah itu dengan cara yang bijak dan tepat.

ciri-ciri dasar wirausaha sejati

1. Desire for responsibility

Wirausaha yang unggul merasa bertanggungjawab secara pribadi atas hasil usaha yang dia lakukan. Mereka lebih dapat mengendalikan sumberdaya sumberdaya yang dimiliki dan menggunakan sumberdaya tersebut untuk mencapai cita-cita. Wirausaha yang berhasil dalam jangka panjang haruslah memiliki rasa tanggung jawab atas usaha yang dilakukan. Kemampuan untuk menanggung risiko usaha se­perti: risiko keuangan, risiko teknik adakalanya muncul, sehingga wirausaha harus mampu meminimalkan risiko.

2. Tolerance for ambiguity

Ketika kegiatan usaha dilakukan, mau tidak mau harus berhubung­an dengan orang lain, baik dengan karyawan, pelanggan, pe­masok bahan, pemasok barang, penyalur, masyarakat, maupun aturan legal formal. Wirausaha harus mampu menjaga dan mem­pertahankan hubungan baik dengan stakeholder. Keberagaman bagi wirausaha adalah sesuatu hat yang biasa. Kemampuan un­tuk menerima keberagaman merupakan .suatu ciri khas wirausaha guna menjaga kelangsungan hidup bisnis atau perusahaan dalam jangka panjang.

3. Vision

Wirausaha yang berhasil selalu memiliki cita-cita, tujuan yang jelas kedepan yang harus dicapai secara terukur. Visi merupakan filosofi, cita-cita dan motivasi mengapa perusahaan hidup, dan wi­rausaha akan menterjemahkan ke dalam tujuan, kebijakan, ang­garan, dan prosedur kerja yang jelas. Wirausaha yang tidak jelas visi kedepan ibarat orang yang berjalan tanpa arah yang jelas, se­hingga kecenderungan untuk gagal sangat tinggi.

4. Tolerance for failurer

Usaha yang berhasil membutuhkan kerja keras, pengorbanan balk waktu biaya dan tenaga. Wirausaha yang terbiasa dengan kreativitas dan inovasi kadangkala atau bahkan sering mengalami ketidakberhasilan. Proses yang cukup panjang dalam mencapai kesuksesan tersebut akan meningkatkan kepribadian toleransi terhadap kegagalan usaha.

5. Internal locus of control

Didalam diri manusia ada kemampuan untuk mengendalikan diri yang dipengaruhi oleh internal diri sendiri. Wirausaha yang ung­gul adalah yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri dari dalam dirinya sendiri. Kerasnya tekanan kehidupan, persaingan binis, perubahan yang begitu cepat dalam dunia bisnis akan meningkatkan tekanan ke­jiwaan balk mental, maupun moral dalam kehidupan kesehari­an. Wirausaha yang mampu mengendalikan dirinya sendiri akan mampu bertahan dalam dunia bisnis yang makin komplek.

6. Continuous Improvement

Wirausaha yang berhasil selalu bersikap positif, mengangap peng­alaman sebagai sesuatu yang berharga dan melakukan perbaikan terus-menerus. Pengusaha selalu mencarihal-hal baru yang akan memberikan manfaat balk dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Wirausaha memiliki tenaga, keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif yang akan membawa konsekuensi menguntungkan dimasa depan.

7. Preference for moderate risk.

Dalam kehidupan berusaha, wirausaha selalu berhadapan dengan intensitas risiko. Sifat wirausaha dalam menghadapi resiko dapat digolongkan ke dalam 3 macam sifat mengambil resiko, yaitu risk seeking (orang yang suka dengan risiko tinggi), moderat risk (orang yang memiliki sifat suka mengambil risiko sedang), dan risk averse (orang memiliki sifat suka menghidari risiko) Pada umumnya wirausaha yang berhasil memiliki kemampuan untuk memilih risiko yang moderate/sedang, di mana ketika mengambil keputusan memerlukan pertimbangan yang matang, hal ini seja­lan dengan risiko wirausaha yang apabila mengalami kegagalan di tanggung sendiri.

8. Confidence in their ability to success.

Wirausaha umumnya memiliki keyakinan yang cukup tinggi atas kemampuan diri untuk berhasil. Mereka memiliki kepercayaan yang tinggi untuk meiakukan banyak hal dengan balk dan sukses. Mereka cenderung untuk optimis terhadap peluang keberhasilan dan optimisme, biasanya berdasarkan kenyataan. Tanpa keyakin­an kepercayaan untuk sukses dan mampu menghadapi tantangan akan menurunkan semangat juang dalam melakukan bisnis.

9. Desire for immediate feedback.

Perkembangan yang begitu cepat dalam kehidupan usaha menunut wirausaha untuk cepat mengantisipasi perubahan yang terjadi agar mampu bertahan dan berkembang. Wirausaha pada umumnya memiliki keinginan untuk mendapatkan respon atau umpan balik terhadap suatu permasalahan. Persaingan yang begitu ketat dalam dunia usaha menuntut untuk berpikir cerdas, cepat menanggapi perubahan. Wirausaha memiliki kecenderungan untuk mengetahui sebaik apa ia bekerja dan mencari pengakuan atas prestasi secara terus-menerus.

10. High energy level

Wirausaha pada umumnya memiliki energi yang cukup tinggi dalam melakukan kegiatan usaha sejalan dengan risiko yang ia tanggung. Wirausaha memiliki semangat atau energi yang cukup tinggi dibanding kebanyakan orang. Risiko yang harus ditanggung sendiri mendorong wirausaha untuk bekerja keras dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Bergairah dan mampu menggu­nakan daya geraknya, ulet tekun dan tidak mudah putus asa.

11. Future orientation

Keuntungan usaha yang tidak pasti mendorong wirausaha selalu
melihat peluang, menghargai waktu dan berorientasi kemasa depan. Wirausaha memiliki kecenderungan melihat apa yang akan dilakukan sekarang dan besok, tidak begitu mempersoalkan apa yang telah dilakukan kemarin. Wirausaha yang unggul selalu berusaha memprediksi perubahan dimasa depan guna meningkat­kan kinerja usaha.

12. Skill at organizing

Membangun usaha dari awal memerlukan kemampuan mengor­ganisasi sumberdaya yang dimiliki berupa sumber-sumber ekono­mi berujud maupun sumber ekonomi tak berujud untuk mendapat manfaat maksimal. Wirausaha memiliki keahlian dalam melaku­kan organisasi balk orang maupun barang. Wirausaha yang ung­gul ketika memiliki kemampuan portofolio sumberdaya yang cu­kup tinggi untuk dapat bertahan dan berkembang.

13. High Commitment

Memunculkan usaha baru membutuhkan komitmen penuh yang tinggi agar berhasil. Disiplin dalam bekerja dan pada umumnya wirausaha membenamkan diri dalam kegiatan tersebut guna ke­berhasilan cita-citanya.

14. Flexibility

Perubahan yang begitu cepat dalam dunia usaha mengharuskan wirausaha untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan apabila tetap ingin berhasil. Kemampuan beradaptasi dengan per­ubahan lingkungan merupakan modal dasar dalam berusaha, ber­tumbuh dan sukses. Fleksibilitas berhubungan dengan kolega se­perti; kemampuan menyesuaikan diri dengan perilaku wirausaha lain, kemampuan bernegosiasi dengan kolega mencerminkan kompentensi wirausaha yang unggul.

TUJUAN, SYARAT DAN MANFAAT KEWIRAUSAHAAN
1. Tujuan Kewirausahaan adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan jumlah wirausaha yang berkualitas.
b. Mewujudkan kemampuan dan kemantapan para wirausaha untuk menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
c. Membudayakan semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan di kalangan masyarakat yang mampu, andal dan unggul.
d. Menumbuhkan kesadaran kewirausahaan yang tangguh dan kuat.
2. Sementara itu, manfaat kewirausahaan adalah sebagai berikut :
a. Sebagai penggerak pembangunan lingkungan, pribadi, distribusi, pemeliharaan lingkungan dan kesejahteraan.
b. Menambah daya tampung tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran.
c. Memberi contoh bagaimana harus bekerja keras, tekun dan mempunyai pribadi yang patut diteladani.
d. Berusaha mendidik para karyawannya menjadi orang yang mandiri, disiplin, tekun, dan jujur dalam menghadapi pekerjaan.
e. Berusaha mendidik para karyawan agar hidup secara efisien, tidak berfoya-foya dan tidak boros.
3. Untuk menjadi seseorang wirausahawan yang baik dan sukses syaratnya sebagai berikut :
a. Tidak konsumtif dan boros.
b. Harus mengutamakan keberhasilan.
c. Harus mampu bergaul dan bersikap luwes.
d. Harus mampu mengorganisasi diri.
e. Harus berwatak baik.
f. Berpikiran positif, ulet, terampil.
g. Harus mempunyai komitmen tinggi.
h. Berani menanggung resiko
i. Kreatif dan inovatif dalam segala kegiatan proses produksi.
4. Seorang wirausaha harus mempunyai sifat dasar dan kemampuan sebagai berikut :
a. Wirausaha adalah pencipta perubahan.
b. Wirausaha adalah seseorang yang selalu melihat perbedaan, baik antar orang maupun antar fenomena kehidupan sebagai peluang dan kesulitan.
c. Wirausaha adalah orang yang cenderung mudah jenuh terhadap segala kemapanan hidup, kemudian bereksperimen dengan adanya pembaharuan.
Adapun fungsi-fungsi wirausaha sebagai berikut :
a. Mengusahakan inovasi-inovasi baru.
b. Membuka pasar baru.
c. Memasuki usaha-usaha baru yang belum pernah dicoba oleh orang lain.
d. Memulai produksi jenis barang/jasa baru.
Wirausaha banyak memberikan manfaat bagi pembangunan nasional, antara lain :
a. Sebagai sumber penciptaan dan perluasan kesempatan kerja.
b. Pelaksana pembangunan bangsa dan Negara.
c. Meningkatkan kepribadian dan martabat/harga diri.
d. Melaksanakan persaingan yang sehat dan wajar.

C. SASARAN KEWIRAUSAHAAN, RUANG LINGKUP DAN FALSAFAH WIRAUSAHA
1. Sasaran kewirausahaan adalah sebagai berikut :
a. Para generasi muda pada umumnya, anak-anak sekolah, anak-anak putus sekolah dan calon para wirausaha.
b. Para pelaku ekonomi yang terdiri atas pengusaha kecil dan koperasi.
c. Instansi pemerintah yang melakukan kegiatan usaha (BUMN), organisasi profesi, dan kelompok masyarakat.
2. Sedangkan ruang lingkup kewirausahaan meliputi bidang, sebagai berikut :
a. Lapangan agraris
b. Lapangan perikanan
c. Lapangan peternakan
d. Lapangan perindustrian dan kerajinan
e. Lapangan pertambangan dan energi
f. Lapangan perdagangan
g. Lapangan pemberi jasa
3. Beberapa falsafah wirausaha yang perlu dihayati adalah sebagai berikut :
- Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidup harus banyak belajar tentang dirinya sendiri.
- Kegagalan usaha harus diterima sebagai pengalaman.
- Kekuatan berusaha datangnya dari tindakannya sendiri bukan dari tindakan orang lain.
- Resiko kegagalan selalu ada, tapi para wirausahawan harus menerimanya dan bertanggung jawab.
- Adanya keberhasilan usaha setelah mengalami kegagalan.
- Wirausaha yang menghindari resiko rendah tidak ada tantangan dan menjauhi resiko tinggi karena ingin berhasil.
- Harta terbesar untuk mempertahankan kemampuan wirausaha adanya sikap dan tindakan wirausaha.
- Prestasi total sebuah bisnis, terutama ditentukan oleh sikap dan tindakan wirausahawan.
- Kejarlah tujuan-tujuan yang berhubungan dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya.
- Terimalah apa adanya dan kurangilah kelemahan-kelemahan diri sendiri.

MENGIDENTIFIKASI SIKAP DAN PERILAKU WIRAUSAHA
1. Karakteristik Wirausaha
Karakteristik berasal dari kata dasar karakter yang berarti sifat atau watak sehingga dapat dikaitkan dengan wirausaha, karakteristik wirausaha adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan ciri khas, watak, perilaku, tabiat, dan sikap yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha terhadap perjuangan hidup untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin.
Agar seseorang wirausahawan dapat sukses maka harus memiliki keterampilan. Adapun keterampilan yang harus dimiliki seseorang wirausahawan adalah :
a. Keterampilan dasar
Keterampilan dasar meliputi :
1) Memiliki mental dan spiritual yang tinggi
2) Memiliki kepribadian yang unggul
3) Pandai berinisiatif
4) Dapat mengkoordinasikan kegiatan usaha
b. Keterampilan khusus
Keterampilan khusus ini meliputi :
1) Keterampilan konsep (conceptual skill) adalah keterampilan melakukan kegiatan usaha secara menyeluruh berdasarkan konsep yang dibuatnya.
2) Keterampilan teknis (technical skill) adalah keterampilan melakukan teknik tertentu dalam mengelola usahanya.
3) Human skill adalah keterampilan bekerja sama dengan orang lain, bawahan dan sesama wirausaha.
Bygrave merumuskan 10 sifat dari wirausaha yang terkenal dengan istilah dengan 10 D, yaitu :
a. Dream (mimpi)
Seorang wirausaha mempunyai misi atau keinginan terhadap masa depan pribadi dan bisnisnya dan yang paling penting adalah dia mempunyai kemampuan untuk mewujudkan impiannya tersebut.
b. Decisiveness (cepat mengambil keputusan)
Seorang wirausaha dalam melakukan pekerjaannya tidak lambat. Mereka membuat keputusan secara cepat dengan penuh pertimbangan. Kecepatan dan ketepatan mengambil keputusan adalah faktor kunci dalam kesuksesan bisnis.

c. Doers (pelaku)
Seorang wirausaha dalam membuat keputusan akan langsung menindaklanjuti. Mereka melaksanakan kegiatannya secepat mungkin. Seorang wirausaha tidak mau menunda-nunda kesempatan yang baik dalam bisnisnya.
d. Determination (ketetapan hati)
Seorang wirausaha melaksanakan kegiatannya dengan penuh perhatian. Rasa tanggung jawabnya tinggi dan tidak mau menyerah walaupun dihadapkan pada halangan dan rintangan yang tidak mungkin dapat diatasi.
e. Dedication (dedikasi)
Seorang wirausaha memiliki dedikasi yang tinggi terhadap bisnisnya, kadang-kadang mengorbankan kepentingan keluarga untuk sementara. Wirausaha melaksanakan pekerjaannya tidak mengenal lelah, 1 jam sehari atau 7 hari dalam seminggu. Semua perhatian dan kegiatannya dipusatkan rasa semata-mata untuk kegiatan bisnisnya.
f. Devotion (kesetiaan)
Seorang wirausaha mencintai pekerjaan bisnisnya dan produk yang dihasilkannya. Hal inilah yang mendorong keberhasilan yang sangat efektif untuk menjual produknya.
g. Detail (rincian)
Seorang wirausaha sangat memperhatikan faktor-faktor kritis secara rinci. Dia tidak mau mengabaikan faktor-faktor kecil yang dapat menghambat kegiatan usahanya.
h. Destiny (nasib)
Seorang wirausaha bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak dicapainya. Wirausaha merupakan orang yang bebas dan tidak mau tergantung pada orang lain.
i. Dollars (uang)
Seorang wirausaha tidak mengutamakan mencapai kekayaan motivasinya bukan karena masalah uang. Uang dianggap sebagai ukuran kesuksesan bisnisnya. Ia berasumsi jika berhasil dalam bisnis maka ia pantas mendapatkan laba, bonus, atau hadiah.
j. Distribute (distribusi)
Seorang wirausaha bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnisnya kepada orang-orang kepercayaannya, yaitu orang-orang yang kritis dan mau diajak mencapai kesuksesan dalam bidang bisnisnya.

Berikut ciri-ciri dan watak wirausahawan menurut B.Marbun :


a. Percaya diri
Meliputi watak :
1) Keyakinan 4) Teguh pendiriannya
2) Ketidaktergantungan 5) Optimisme terhadap pekerjaannya
3) Individualistik
b. Berorientasikan tugas dan hasil
1) Kebutuhan akan prestasi 4) Tekad kerja keras
2) Berorientasikan pada laba 5) Mempunyai dorongan yang kuat
3) Ketekunan dan ketabahan 6) Energik dan inisiatif
c. Pengambilan resiko
1) Kemampuan mengambil resiko
2) Inisiatif 3) Suka pada tantangan
d. Kepemimpinan
1) Bertingkah laku sebagai pemimpin
2) Dapat bergaul dan bekerja sama dengan orang lain
3) Menanggapi saran-saran dan kritik dengan positif
e. Keorisinilan
1) Inovatif dan kreatif 3) Punya banyak sumber dan informasi
2) Fleksibel 4) Serba bisa
f. Berorientasi ke masa depan
1) Pandangan luas ke depan
2) Punya cita-cita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar